Jutaan Anak Muda Berkah Demografi
Keberhasilan Bergantung pada Visi dan Komitmen
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia memiliki 67 juta anak muda berumur 10-24 tahun. Merekalah calon pemimpin dan penggerak pembangunan Indonesia 30 tahun mendatang, sekaligus incaran tenaga produktif negara maju yang kekurangan anak muda. Pemerintah perlu melakukan investasi tepat agar mereka benar-benar menjadi berkah demografi.
Generasi muda itu bagian dari 1,8 miliar anak muda di seluruh dunia. Itu adalah jumlah anak muda terbesar dalam sejarah Indonesia dan dunia. Jumlah itu menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan anak muda terbanyak sesudah India (356 juta) dan Tiongkok (269 juta).
”Jumlah anak muda yang besar memberi kesempatan besar suatu bangsa untuk mengubah masa depannya,” kata Perwakilan Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) untuk Indonesia Jose Feraris dalam peluncuran Laporan Situasi Kependudukan Dunia 2014 di Jakarta, Jumat (28/11).
Koordinator lembaga-lembaga PBB di Indonesia Douglas Broderick menilai kondisi itu kesempatan monumental bangsa meningkatkan pendapatan dan standar hidup masyarakatnya
serta mengakhiri kemiskinan.
Populasi anak muda yang besar itu akan bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi jika mereka terdidik, sehat, terampil, serta mampu membuat keputusan dan pilihan dalam hidupnya. Jika investasi pemerintah gagal meningkatkan kualitas anak muda, mereka hanya akan jadi beban pembangunan bangsa ke depan.
Selain pendidikan dan kesehatan, Plt Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Fasli Jalal mengatakan, pemerintah perlu menjamin adanya lapangan kerja dan lingkungan yang memungkinkan anak muda tumbuh dan mengembangkan segala potensinya.
Oleh karena itu, pendidikan non-ijazah yang menekankan pada pendidikan keterampilan perlu dikembangkan untuk mewadahi keterbatasan pendidikan formal dan anak muda yang memang tidak cocok dengan sistem pendidikan formal.
Douglas menambahkan, pemerintah perlu memperhatikan pengembangan sains, teknologi, dan inovasi. Pemerintah harus berani mengutamakan sejumlah mata pelajaran khusus yang akan membuat anak didik siap menyambut tantangan ekonomi dan globalisasi ke depan, termasuk pasar bebas ASEAN.
Namun, Jose mengingatkan, investasi dengan meningkatkan akses pendidikan dan kesehatan saja tidak cukup. Penurunan fertilitas yang baik akan membuat investasi pendidikan dan kesehatan oleh pemerintah untuk anak muda lebih optimal. Anggaran yang ada bisa dimanfaatkan untuk anak muda sehingga kualitas investasinya lebih baik.
Pengalaman negara lain
Korea Selatan adalah contoh negara yang mampu melakukan investasi sumber daya manusia dengan tepat. Pada 1950, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita warga Korsel, Thailand, dan Filipina hampir sama. Namun, pada 2008, masyarakat Korsel mengalami kenaikan pendapatan per kapita tertinggi sebesar 2.200 persen, sedangkan Thailand naik 970 persen dan Filipina hanya 170 persen.
”Keluarga Berencana (KB) adalah kuncinya. Saat tingkat fertilitas berhasil diturunkan, pertumbuhan ekonomi naik tinggi,” ucap Jose.
Pada 1960-1970, Korsel dan Thailand mulai menjalankan program KB. Namun, pelaksanaan KB di Filipina jauh terlambat daripada kedua negara lainnya karena persoalan agama dan budaya. Dengan waktu pelaksanaan KB yang hampir sama, Jose yakin Indonesia punya kesempatan yang sama untuk tumbuh sebagai negara maju.
Fasli menambahkan, kesuksesan Korsel juga ditentukan keberhasilan pemerintah dan masyarakatnya membangun etos kerja tinggi. Mereka juga mampu menanamkan cita-cita pada setiap warganya untuk mengalahkan dominasi Jepang dalam segala bidang. Semangat itu bertemu komitmen pemerintah untuk mendorong tingginya jumlah anak muda yang mampu mengenyam pendidikan tinggi.
Untuk mewujudkan investasi yang tepat bagi anak muda Indonesia, lanjut Fasli, berbagai kementerian terkait tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. ”Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan memegang peranan penting,” katanya. (MZW)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010380917
-
- Log in to post comments
- 206 reads