Cuaca Ekstrem
Harga Bahan Pokok di Papua Naik 100 Persen
JAYAPURA, KOMPAS — Cuaca ekstrem yang melanda wilayah Indonesia bagian barat, berdampak pada harga kebutuhan pokok di Jayapura, Papua. Hal ini, antara lain, karena menipisnya pasokan sejumlah bahan pokok yang berasal dari produsen di Pulau Jawa.
Berdasarkan pantauan di Pasar Sentral Hamadi, Distrik Jayapura Selatan, Sabtu (8/2), harga bawang merah dan cabai rawit naik 100 persen. Padahal, selama ini, akibat jarak, harganya pun sudah cukup mahal.
Kasim (58), salah seorang pedagang, menuturkan, harga cabai merah naik dari Rp 25.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 50.000 per kg. Padahal, harga cabai di Pulau Jawa sekarang ini berada di kisaran Rp 20.000 per kg. Sementara harga bawang merah naik dari Rp 30.000 per kg menjadi Rp 60.000 per kg.
”Agen menjual kedua komoditas itu sangat mahal karena pasokan dari Jawa Tengah terbatas. Karena itu, saya terpaksa harus menaikkan harga untuk menutupi biaya modal,” kata Kasim.
Selain kedua komoditas tersebut, harga sejumlah bahan pokok juga mengalami kenaikan signifikan. Harga minyak goreng kemasan 5 liter, misalnya, naik dari Rp 70.000 menjadi Rp 75.000. Harga sebutir telur pun naik dari Rp 1.500 hingga 2.500. ”Saya berinisiatif sendiri menaikkan harga supaya tidak mengalami kerugian,” ujar Jumriyah (30), pedagang lain.
Kenaikan harga juga terjadi pada ikan segar. Dua pekan terakhir ini, harga ikan segar terus bertengger di atas Rp 15.000 per kg. Menurut Eko, salah seorang penjual ikan, harga satu ikan cakalang seberat 1 kg melonjak dari Rp 15.000 menjadi Rp 60.000. Adapun harga ikan kembung naik dari Rp 5.000 menjadi Rp 25.000 per kg. ”Harga ikan akan terus naik apabila cuaca semakin memburuk,” lanjutnya.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Jayapura Max Olua mengatakan, pihaknya sudah mengetahui dampak bencana alam di Jawa yang akan memengaruhi harga sejumlah komoditas, terutama di Papua.
”Kami segera menginspeksi mendadak lima pasar di Jayapura dalam waktu dekat ini. Para pedagang tidak boleh seenaknya menaikkan harga yang dapat merugikan masyarakat,” ujar Max.
Kepala Seksi Status Hukum dan Sertifikasi Kapal Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Jayapura Imran menyatakan, akibat cuaca buruk, pihaknya masih melarang kapal-kapal perintis berlayar. Selain itu, kapal penumpang dan angkutan barang yang berkapasitas besar juga diwajibkan membuat surat sanggup berlayar.
”Aturan itu masih kami tetapkan karena ketinggian gelombang di perairan utara Papua masih 4 meter. Rute-rute yang masuk dalam zona itu adalah Jayapura-Sarmi, Jayapura-Mamberamo, dan Jayapura-Nabire,” kata Imran.
Harga turun
Sementara itu, meskipun harga ikan laut di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Banjarmasin, Kalimantan Selatan, sempat melambung, kini harganya sudah mulai berangsur turun. Penurunan terjadi karena pasokan ikan laut sudah mulai banyak.
”Sudah satu minggu ini hampir setiap hari ada kapal ikan yang masuk ke pelabuhan perikanan sehingga harga ikan pun mulai stabil,” kata Salam (32), tenaga pemasaran ikan dari salah seorang pemilik kapal di TPI Banjarmasin.
Menurut dia, beberapa minggu lalu, pasokan ikan ke TPI Banjarmasin sangat terbatas karena tidak ada kapal ikan yang masuk ke pelabuhan perikanan. Ikan yang masuk ke TPI diangkut lewat darat dengan menggunakan mobil pikap. ”Beberapa minggu lalu, ikannya juga sedikit karena kebanyakan nelayan tak melaut,” ucapnya.
Mawek (49), pembeli ikan dari luar Banjarmasin, membenarkan bahwa harga ikan di TPI Banjarmasin sudah mulai stabil. (FLO/JUM)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004669912
-
- Log in to post comments
- 280 reads