Sebulan Tidak Hujan
Ribuan Hektar Lahan Pertanian Rusak akibat Kekeringan
KUPANG, KOMPAS — Saat daerah lain diguyur hujan tanpa henti, Kabupaten Manggarai Timur (Nusa Tenggara Timur) dan Kabupaten Aceh Besar (Aceh) malah dilanda kekeringan. Sudah satu bulan tak ada hujan di kedua wilayah itu. Ribuan hektar tanaman padi dan jagung mulai rusak. Jika terus terjadi, warga setempat bakal dilanda kelaparan.
Bernardus Lalu (62), petani di Desa Bamo, Kecamatan Kota Komba, pesisir selatan Manggarai Timur, mengatakan, usaha ladangnya hampir pasti gagal panen. Tanaman jagung disertai padi di ladangnya tumbuh merana, layu, bahkan mulai mengering. ”Hujan tidak lagi turun sejak memasuki tahun baru lalu. Kalau hujannya normal, kami sekarang seharusnya sudah menikmati jagung muda,” ujar Bernadus, Sabtu (1/2) petang.
Kepala Desa Pong Ruan di kecamatan yang sama, Sebas Ndaes, menyatakan, ancaman gagal panen tidak hanya menimpa kebun ladang kering, tetapi juga sawah terutama sawah tadah hujan. Ia mengakui pula, di desanya, padi sawah tadah hujan milik sejumlah petani sama sekali tidak lagi bisa diharapkan karena tanaman sudah layu, bahkan mengering. ”Permukaan petak-petak sawah yang telah mengering sudah mulai merekah sebagai pertanda kelamaan kekeringan. Harapan yang kini tersisa adalah hujan segera turun agar para petani bisa memanam ulang sawah mereka,” ujar Ndaes, Sabtu siang.
Di Desa Pong Ruan, yang berpenduduk 700 keluarga atau sekitar 2.400 jiwa, hampir semua ladang kering. Ada juga lahan sawah, tetapi rata-rata merupakan tadah hujan.
Kepala Dinas Pertanian Manggarai Timur Donatus Datur, Sabtu petang, mengatakan, kondisi tanaman pangan di kawasan itu belum separah seperti yang dikeluhkan. ”Tanaman baru tidak terselamatkan sehingga ancaman puso menguat jika tetap mengering hingga seminggu ke depan,” ujarnya.
Kepala Dinas Perkebunan Manggarai Timur John Sentis mengungkapkan, kekeringan melanda dua wilayah kecamatan, yakni Kota Komba dan Borong. Kedua kecamatan itu terletak di bagian selatan Manggarai Timur. Kekeringan diyakini tidak hanya mengganggu ribuan hektar tanaman jagung dan padi, tetapi juga mengancam sekitar 10.000 anakan kelapa yang ditanam secara serempak sekitar sebulan lalu. ”Pertumbuhan anakan kelapa yang baru ditanam dipastikan terganggu, bahkan bisa mati kalau langsung dilanda kekeringan,” katanya.
Anomali
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Lasiana Kupang, Apolonari Geru, menjelaskan, kekeringan saat ini tidak hanya terjadi di wilayah bagian selatan Manggarai Timur. Kasus yang sama terjadi hampir di seluruh pesisir selatan Pulau Flores. Menurut dia, saat ini tekanan udara di utara ekuator sedang menguat sehingga kawasan bagian selatan kekeringan. Namun, kasus yang tejadi di selatan Flores itu termasuk kategori anomali lokalan.
Sementara itu, puluhan hektar sawah tadah hujan di wilayah Mukim Gurah, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, juga terancam mengalami gagal panen. Lahan pertanian tampak mulai retak dan pecah. Tanaman padi menguning dan berbulir, tetapi tak berisi.
”Kalau hujan tak kunjung turun hujan, sawah ini kemungkinan besar gagal panen. Padahal, sebulan lagi jadwal panen padi ini,” ujar Nurmi Ibrahim (70), petani di Kampung Beuradeun, Aceh Besar, yang menggarap lahan sawah sekitar 1 hektar.
Ali Bayu (52), petani lain, mengatakan, setiap petani mengeluarkan biaya Rp 1 juta-Rp 2 juta untuk menggarap 1 hektar sawah. Biaya itu untuk menyewa mesin bajak, membeli pupuk, dan konsumsi selama bekerja menggarap sawah.
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Agus Sabti menyatakan, pemerintah daerah setempat harus mengembangkan cara inovatif guna memecahkan masalah yang terjadi tersebut. Caranya, antara lain memberikan bibit yang tahan kering dan mendampingi petani ketika menggunakan bibit itu. Petani di sana pun harus mendapatkan dukungan kawasan agroindustri dan pasar yang baik untuk meningkatkan penghasilan mereka.
Selain itu, lanjut Agus, pemerintah dapat memaksimalkan sumur-sumur bor yang mungkin digunakan di sekitar kawasan pertanian lahan kering itu. ”Nantinya, dengan dukungan teknologi, air sumur bor tersebut bisa dialirkan ke sawah-sawah,” ujarnya. (ANS/DRI)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004514285
-
- Log in to post comments
- 47 reads