Kesejahteraan
Tumbuh Berkualitas
SALAH satu isu yang menyatukan rakyat memulai reformasi adalah keadilan sosial. Pertumbuhan ekonomi cukup menggembirakan. Anggaran tumbuh signifikan dalam lima tahun, tetapi belum mampu menekan kemiskinan.
Ibarat lirik lagu sang raja dangdut, Rhoma Irama, ”Yang kaya makin kaya. Yang miskin makin miskin”. Indeks rasio gini Indonesia terus meningkat. Demikian pula indeks kesejahteraan.
Indonesia boleh memiliki pertumbuhan ekonomi mengesankan dengan posisi pertumbuhan tertinggi kedua di dunia setelah China tahun 2013. Aliran modal asing mengalir ke Indonesia menikmati manisnya pertumbuhan ekonomi tinggi. Begitu mudah dana asing mengalir masuk, semudah itu pula pemilik modal memindahkannya ke luar negeri.
Banyak investasi baru yang padat modal dan irit tenaga kerja. Konsekuensinya, upaya menyerap 2,5 juta angkatan kerja baru setiap tahun kian sulit. Industri sepatu dan garmen yang padat karya kini limbung dihantam tsunami upah minimum.
Pengusaha memilih jalan mekanisasi dan mengurangi jumlah buruh bertahap. Pada saat bersamaan, sektor pertanian kita yang masih sangat tertinggal menampung sedikitnya 40 persen dari angkatan kerja. Dampaknya, rakyat bertani dengan pendapatan minim dan sulit beralih ke pekerjaan lain yang menawarkan upah lebih mahal dan perlindungan sosial.
Sudah sepatutnya pemerintahan mendatang berani membuat terobosan dan mengambil tanggung jawab terhadap rakyat. Pemimpin mendatang wajib merombak struktur anggaran dengan meningkatkan belanja modal untuk membangun infrastruktur pertanian, jaringan jalan, fasilitas kesehatan dan pendidikan, serta mendorong investasi sektor riil.
Oknum aparat pemerintah dan wakil rakyat yang telah lama hidup berlimpah menggunakan uang negara harus sadar diri. Mereka harus rela mengubah porsi belanja rutin dan belanja modal dari 70 persen banding 30 persen menjadi 30 persen banding 70 persen.
Pembangunan infrastruktur secara masif tidak hanya bertujuan menggenjot produktivitas nasional. Selama kegiatan pembangunan berlangsung akan muncul berbagai efek berganda yang membuat roda ekonomi sektor riil bisa berputar kencang.
Kemampuan pertumbuhan ekonomi menyerap tenaga kerja yang saat ini 1 persen menyerap 180.000 orang bisa kembali kepada level 240.000 orang secara bertahap. Semakin banyak lapangan kerja tercipta, bertambah banyak orang memiliki penghasilan untuk berbelanja. Konsumsi yang meningkat membuat pasar domestik kita semakin kuat.
Penguatan peran negara dalam mengelola ekonomi pasar membuat konsumsi produk domestik meningkat tajam sehingga industri semakin bergairah dan membuka lebih banyak lapangan kerja baru untuk memenuhi kenaikan permintaan.
Tidak ada jalan lain bagi kita selain kerelaan para pemimpin dan pelaksana negara. Rakyat membutuhkan keseriusan, pengorbanan, dan ketekunan pemerintah menggunakan anggaran tepat sasaran, efisien, dan efektif sesuai kepentingan rakyat. Rakyat sudah bosan dengan jalan rusak. Rakyat muak dengan perilaku koruptif yang menjadi-jadi. Rakyat ingin menikmati pembangunan yang berhasil berkat pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pembangunan yang menjiwai semangat keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (HAMZIRWAN)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004717779
-
- Log in to post comments
- 20 reads