Hilirisasi kakao
Perusahaan Multinasional Menguasai Produksi
JAKARTA, KOMPAS — Ekspor biji kakao terus turun hingga tinggal sekitar 125.000 ton pada tahun 2013 sejak diberlakukan pengenaan bea keluar pada tahun 2010. Biji kakao lebih banyak digiling di dalam negeri, tetapi hanya sedikit pengusaha lokal yang terlibat dalam produksi untuk meningkatkan nilai tambah ini.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Kakao Indonesia Zulhefi Sikumbang menjelaskan, awalnya bea keluar itu diterapkan untuk menghidupkan lagi perusahaan-perusahaan lokal yang bergerak dalam bidang penggilingan. ”Namun, sayangnya perusahaan lokal terlambat merespons peraturan itu. Justru perusahaan-perusahaan multinasional yang cepat menangkap peluang itu lalu berinvestasi di Indonesia,” ujar Zulhefi, Minggu (16/2).
Dari kapasitas giling perusahaan yang beroperasi di Indonesia sekitar 550.000 ton per tahun, 75 persen di antaranya dimiliki oleh perusahaan multinasional. Hanya sekitar 25 persen lainnya atau hanya dua perusahaan yang merupakan perusahaan lokal Indonesia.
Produksi kakao juga terus turun. Tahun 2006, produksi kakao Indonesia bisa mencapai 650.000 ton, tetapi dalam tiga tahun terakhir ini produksinya stagnan pada kisaran 450.000 ton. Tahun 2013, ekspor biji kakao 125.000 ton dan impor sebanyak 40.000 ton untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan biji kakao.
Zulhefi menuturkan, tahun 2014 ini, produksinya diperkirakan turun lagi. ”Kondisi cuaca tidak menentu dan ada serangan sejumlah penyakit. Itu sangat tidak ideal untuk meningkatkan produksi kakao,” kata Zulhefi.
Impor biji kakao pada tahun 2014 diperkirakan bisa mendekati 100.000 ton. Produksi kakao sempat memenuhi kebutuhan lokal ketika gerakan nasional penanaman kakao digalakkan sekitar tahun 1990 hingga tahun 2000.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menuturkan akan dicari formula dan kebijakan yang pas untuk mengatasi persoalan itu.
”Dulu memang ada gerakan nasional, tetapi kemudian terhenti. Itu bisa saja menjadi pertimbangan lagi untuk meningkatkan produksi supaya bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri,” kata Bayu.
Tidak berlanjutnya gerakan nasional itu, menurut Bayu, tidak boleh menjadi alasan untuk menghapuskan bea keluar dan kembali ke ekspor biji kakao sebagai bahan mentah. ”Program hilirisasi sektor kakao harus dilanjutkan,” kata Bayu. (AHA)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004884599
-
- Log in to post comments
- 80 reads