surplus perdagangan
Menjaga Momentum
SELAMA tiga bulan berturut-turut sejak Oktober hingga Desember 2013, transaksi perdagangan Indonesia mengalami surplus. Ini merupakan bentuk keseimbangan baru setelah nilai tukar rupiah terus melemah sepanjang tahun dari level Rp 9.600 per dollar AS pada Januari 2013.
Pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan permintaan produk-produk ekspor meningkat karena harga produk ekspor kita relatif murah. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya volume ekspor sejak September hingga Desember 2013. Pada September, volume ekspor 55,87 juta ton dengan devisa 14,7 miliar dollar AS. Pada bulan berikutnya, volume naik lagi menjadi 57 juta ton dengan sumbangsih devisa 15,69 miliar dollar AS.
Pada November, volumenya melejit menjadi 65,03 juta ton dengan pemasukan devisa 15,93 miliar dollar AS dan Desember naik lagi menjadi 68,82 juta ton dengan devisa masuk 16,98 miliar dollar AS.
Pelemahan nilai tukar rupiah logikanya akan mendorong ekspor karena produk Indonesia yang murah dalam dollar AS. Volume ekspor yang meningkat otomatis mendorong penerimaan devisa AS. Suatu yang bermakna di tengah cadangan devisa Indonesia yang minim di bawah 100 miliar dollar AS. Per 31 Desember 2013 cadangan devisa 99 miliar dollar AS.
Menurut mazhab ekonomi klasik, surplus perdagangan itu adalah kondisi ekuilibrium atau keseimbangan baru. Keseimbangan baru yang dicapai karena nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dollar AS. Padahal, sangat diharapkan jika keseimbangan baru ini lebih karena peran kuat pemerintah.
Pendekatan dengan memperhitungkan campur tangan pemerintah ini penting karena secara kumulatif neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2013 masih defisit sebesar 4,063 miliar dollar AS. Sebuah kinerja ekonomi makro yang membuat posisi ekonomi Indonesia rentan pada krisis.
Peran pemerintah ini kian vital karena defisit perdagangan itu salah satunya akibat terus meningkatnya belanja impor untuk minyak dan gas (migas). Dari 42,56 miliar dollar AS tahun 2012 menjadi 45,26 miliar dollar AS tahun 2013. Sementara ekspor migas terus turun dari 36,977 miliar dollar AS tahun 2012 menjadi 32,633 miliar dollar AS tahun 2013.
Pemerintah harus bisa mengendalikan impor migas termasuk mengendalikan konsumsi BBM dalam negeri supaya tren positif surplus transaksi perdagangan ini bisa terjaga. Besarnya impor juga akibat meningkatnya kebutuhan bahan baku penolong untuk produksi produk bertujuan ekspor. Pemerintah tentunya juga perlu mengendalikan impor bahan baku penolong ini dengan kemungkinan mengembangkan produksinya di dalam negeri. (A Handoko)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004610732
-
- Log in to post comments
- 33 reads