Korporasi
Cermin dari Pusat Riset
SEBUAH pusat riset kerap diidentikkan dengan sebuah gedung sunyi dan diisi orang-orang pintar dengan kegiatan penelitian. Sesungguhnya pusat riset adalah lebih dari semua itu karena pusat riset menjadi penanda bagi sebuah bangsa.
Saat sejumlah editor berbincang dengan CEO General Electric (GE) Indonesia Handry Satriago awal pekan ini soal keberadaan pusat riset ini menjadi salah satu bahasan. Mendengar penjelasan Handry, kita langsung iri dengan India yang memiliki pusat riset alat kesehatan GE di Bangalore. Lebih iri lagi, pusat riset ini telah menghasilkan beberapa alat medis yang sudah dipasarkan, termasuk di Indonesia.
Tentu saja pertanyaan yang muncul, mengapa GE memilih India? Secara blakblakan Handry menjelaskan, India sudah lama memiliki cetak biru riset dan teknologi. Mereka juga mengirimkan warganya ke sejumlah perguruan tinggi di luar negeri untuk belajar beberapa ilmu pengetahuan. Begitu pusat riset itu dibuka, tenaga kerja riset andal sudah tersedia. Tidak hanya itu, cetak biru juga memberikan gambaran masalah-masalah yang dihadapi negeri itu sehingga arah riset makin jelas.
Dengan demikian korporasi tak segan-segan menggelontorkan dana untuk membangun pusat riset karena sumber daya manusia yang ada memadai, di samping masa depan hasil riset itu tampak jelas di depan mata. Korporasi pasti akan menghitung semua komponen itu dan berharap tidak ada uang yang terbuang sia-sia.
India tidak hanya menjadi pusat riset bagi GE. Negeri ini juga menjadi pusat riset berbagai korporasi dunia. Daya tarik India, yaitu sumber daya manusia yang melimpah, menjadi nilai lebih negara itu dibandingkan dengan negara lain.
Ketika kemudian kita membahas persoalan ini di Indonesia, keberadaan cetak biru itu menjadi penting apabila Indonesia ingin menjadi tempat bagi pusat riset korporasi. Korporasi akan membaca semuanya melalui cetak biru, apabila layak, pusat riset itu akan didirikan. Indonesia yang menjadi pasar besar dunia seharusnya layak menjadi tempat untuk pusat riset korporasi. Kebutuhan dan keinginan konsumen bisa menjadi ide bagi perusahaan untuk menghasilkan produk. Lembaga riset menjadi tulang punggung untuk menghasilkan produk.
Apabila Indonesia ingin menjadi tempat bagi pusat riset korporasi dunia, semuanya kembali pada ketersediaan sumber daya peneliti yang memadai. Kita harus bersiap mengenai hal ini.
Keberadaan sejumlah pusat riset di sebuah negara menjadi tanda bahwa sebuah bangsa merupakan bangsa unggul. India diakui sebagai bangsa yang memiliki sumber daya manusia yang hebat. Diaspora mereka di Amerika Serikat mendapat penghasilan tertinggi dibandingkan dengan bangsa pendatang lainya.
Kita harus segera memikirkan untuk menjadi bangsa yang hebat, bukan hanya individu-individu yang hebat. Sekali lagi keberadaan pusat riset itu menjadi cermin sebuah bangsa yang memiliki keunggulan. (ANDREAS MARYOTO)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004586712
-
- Log in to post comments
- 37 reads