Bisnis ritel di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat, mencapai 3,98 juta unit dengan nilai penjualan mencapai 40,11 miliar pada tahun 2022. Fenomena luar biasa ini tak lepas dari pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan kenaikan pendapatan masyarakat, terutama di wilayah perkotaan. Seiring meningkatnya daya beli, masyarakat semakin cenderung mencari produk berkualitas tinggi dan premium sehingga memberikan peluang besar bagi bisnis ritel untuk meningkatkan pelayanannya.
Di tengah gencarnya upaya global untuk mencapai keberlanjutan pangan, perhatian terhadap peran sektor ritel dalam meminimalisasi sisa pangan atau food waste (sampah yang ditimbulkan pada proses distribusi, pelayanan, hingga konsumsi pangan) semakin mendesak. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada Laporan Kajian Food Loss and Waste di Indonesia, Indonesia telah memasukkan indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 12.3 dan berkomitmen untuk mengurangi separuh food waste pada tahun 2030 dalam RPJMN 2020-2024. Dalam laporan tersebut, timbulan food waste yang dihasilkan mencapai 5-19 juta ton setiap tahunnya pada tahap konsumsi, dimana 20% dari timbulan tersebut berasal dari sektor non-rumah tangga termasuk ritel. Oleh karena itu, perusahaan ritel memegang peran penting dalam mengurangi food waste untuk mendukung keberlanjutan pangan dengan menerapkan praktik pengurangan food waste sehingga sektor ritel dapat berkontribusi dalam mengurangi food waste di seluruh rantai pasok.
Dalam menghadapi tantangan ini, perusahaan ritel diharapkan memiliki kesadaran akan dampak lingkungan dan sosial dari food waste sekaligus dapat berkontribusi dalam pencapaian SDGs poin 12 (konsumsi dan produksi bertanggung jawab). Tidak hanya itu, pengurangan limbah pangan juga dapat berdampak positif dari segi finansial perusahaan karena aksi ini dapat meningkatkan efisiensi biaya angkut limbah pangan, mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan meningkatkan produktivitas perusahaan.
Langkah-langkah pengurangan food waste dari ritel dunia
Melalui laporannya, beberapa perusahaan ritel telah menunjukkan cara mereka untuk mengurangi food waste. Salah satu langkah konkretnya adalah dengan menerapkan panduan perhitungan Food Loss and Waste atau FLW Standard yang membantu perusahaan tersebut mengevaluasi dan memahami titik-titik kritis dalam rantai pasok pangan mereka. Dengan panduan tersebut, perusahaan dapat menghitung dan menganalisis sejauh mana pemborosan pangan terjadi sehingga dapat mengidentifikasi area yang lebih spesifik untuk mengurangi pemborosan. Ketika memahami dampak pada setiap tahap dalam rantai pasok, perusahaan dapat mengambil tindakan untuk mengurangi limbah pangan dan juga mengefisiensikan biaya produksi.
Salah satu perusahaan ritel dunia, IKEA, mengungkapkan bahwa dengan menghitung limbah pangan, mereka berhasil mengetahui titik kritis pemborosan di rantai pasok mereka. Dari sana, mereka merancang tahapan operasional yang lebih efisien hingga dapat mengurangi biaya operasional hanya dalam waktu 20 minggu. Perusahaan ini juga telah menyelamatkan 4 juta porsi makanan dalam 4 tahun perjalanan mereka menghitung limbah pangan dan, oleh karenanya, ikut berkontribusi dalam mengurangi gas emisi CO2 yang merupakan salah satu penyebab perubahan iklim. Hal ini menunjukkan bahwa mengurangi limbah pangan tidak hanya dapat menghasilkan keuntungan ekonomi yang signifikan dalam jangka waktu yang relatif singkat, tetapi juga memberikan manfaat bagi lingkungan. Pendekatan lain yang tak kalah unik dari perusahaan ritel yang berlokasi di Inggris, Tesco, adalah melibatkan pelanggan melalui laman web dengan menyajikan panduan praktis tentang cara mengoptimalkan makanan sekaligus mengurangi pemborosan di tingkat rumah tangga. Selain itu, mereka juga bekerja sama dengan pemasok dan petani untuk mengatasi produk yang tidak sempurna dan surplus hasil panen, sehingga mereka dapat bertukar informasi tentang ketersediaan produk dan menjualnya dengan harga khusus. Hal ini memungkinkan manajemen persediaan yang lebih efisien dan mengurangi risiko pemborosan.
Beberapa perusahaan ritel lainnya juga mengambil langkah konkret dengan mendonasikan makanan berlebih mereka yang masih layak konsumsi sebelum mencapai tanggal kedaluwarsa kepada yang membutuhkan. Tindakan ini tidak hanya mengurangi pemborosan pangan, tetapi juga membantu mengatasi kelaparan. Di sisi lain, makanan yang sudah tidak layak konsumsi akan diolah menjadi pakan ternak dan pupuk, sehingga pangan yang terbuang menjadi semakin sedikit. Hal ini sesuai dengan prinsip berkelanjutan dalam operasional perusahaan sekaligus memberikan manfaat sosial dan lingkungan.
Meskipun upaya pengurangan limbah pangan telah dilakukan, tantangan tetap ada, terutama dalam melibatkan seluruh sektor dalam perusahaan ritel. Keterlibatan karyawan menjadi aspek kunci yang memerlukan edukasi dan komunikasi yang konsisten agar tetap berkomitmen dalam menghitung dan mengurangi limbah pangan secara efektif.
Langkah-Langkah Kongkret Mengurangi Sisa Pangan (food waste) di Sektor Ritel
Melihat keberhasilan beberapa perusahaan ritel dunia dalam mengurangi sisa pangan, perusahaan ritel di Indonesia juga dapat mengadopsi langkah konkret yang menjadi kunci kesuksesan mereka. Langkah pertama bisa dilakukan dengan menghitung dan menganalisis jumlah food waste yang muncul pada lini bisnis mereka.
Saat ini, Koalisi Sistem Pangan Lestari bersama Garda Pangan dan Parongpong Raw Lab sedang mengembangkan pedoman perhitungan food waste untuk sektor ritel. Pedoman perhitungan ini mengadopsi standar baku perhitungan global FLW Standard. Melalui pedoman perhitungan ini, perusahaan ritel nantinya akan diberikan panduan yang jelas dalam mengukur limbah pangan di lingkup bisnis masing-masing. Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi awal dari kontribusi nyata sektor ritel dalam mengatasi permasalahan global ini. Dalam menghitung dan mengukur food waste, teknologi juga memiliki peran penting untuk mencapai perhitungan yang akurat dan efisien seperti program smart scales yang diterapkan oleh salah satu ritel dunia untuk menimbang, mencatat dan mengkategorikan jenis sampah makanan mereka sehingga dapat mengidentifikasi cara untuk mencegah sisa makanan tersebut.
Yang kedua adalah manajemen yang kuat dalam mendukung implementasi program pengurangan sisa pangan sebagai bagian yang integral dari keseluruhan proses bisnis. Manajemen yang kuat akan menyadarkan seluruh karyawan bahwa pengurangan sisa pangan menjadi sebuah prioritas. Hal ini akan secara efektif melibatkan seluruh rantai pasok, termasuk karyawan, pemasok, dan pelanggan. Keterlibatan aktif internal perusahaan juga sangat berperan dalam mendukung pencapaian target pengurangan sisa pangan.
Ketiga, meningkatkan kepercayaan pelanggan melalui transparansi. Ritel harus membangun komunikasi terbuka mengenai langkah-langkah yang mereka ambil, hasil yang telah dicapai, dan tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, kepercayaan pelanggan dapat menjadi kekuatan pendorong dalam menjaga keberlanjutan pangan.
Keempat, ritel, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya perlu berkerja sama untuk mengurangi food waste. Peran pemerintah juga menjadi kunci dalam mendukung kontribusi sektor ritel, misalnya dari segi perundangan. Dengan adanya regulasi yang mendukung, pemerintah dapat mendorong dan memastikan implementasi pedoman baku perhitungan yang sedang dikembangkan. Kerja sama erat antara pemerintah, perusahaan ritel dan stakeholder, menjadi dasar yang sangat penting dalam menghadapi tantangan limbah pangan secara menyeluruh dan mewujudkan sistem pangan yang lebih berkelanjutan.
Langkah-langkah di atas merupakan langkah awal untuk mengurangi food waste di ritel. Dalam mendukung keberlanjutan pangan yang lebih baik, industri ritel di Indonesia perlu mengambil langkah nyata dalam mengurangi sisa pangan. Saat ini adalah momen yang tepat untuk menerapkan praktik baik yang telah terbukti berhasil diadopsi oleh perusahaan-perusahaan ritel di dunia. Perubahan positif dimulai dari tindakan nyata, dan sektor ritel memiliki peran kunci dalam menjaga keberlanjutan pangan di Indonesia.
Sumber: https://wri-indonesia.org/id/wawasan/peran-penting-ritel-dalam-meminimalisasi-sisa-pangan
- Log in to post comments