Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
Jalan Trans Papua ruas Jayapura-Wamena kini telah tersambung penuh sepanjang 575 km. Hanya saja, dari total panjang keseluruhan, baru 345 km yang telah terlapisi aspal.
Sisanya, sepanjang 230 km masih berupa jalan tanah dan kerikil. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR) secara bertahap akan ditingkatkan kualitas jalan yang belum dilapisi aspal tersebut.
Walau belum sempurna, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menilai, masyarakat sudah mulai merasakan manfaat Jalan Trans Papua dan Jalan Perbatasan Papua. Dia menegaskan, pembangunan Jalan Trans Papua terus dilanjutkan dan ditargetkan tahun 2019 bisa tersambung seluruhnya.
"Pembangunan jalan tersebut tidak semata menghubungkan Provinsi Papua dengan Papua Barat melainkan membuka daerah/wilayah yang terisolasi dan dengan demikian bisa menurunkan angka kemahalan," kata Basuki melalui siaran pers, Selasa (15/1/2019).
Sementara itu, terbukanya jalan Trans Papua ruas Jayapura-Wamena juga meningkatkan konektivitas menuju delapan kabupaten di wilayah Pengunungan Papua. Adapun kabupaten yang terhubung yakni Yalimo, Jayawijaya, Tolikara, Puncak Jaya, Puncak (Sinak-Ilaga), Lanny Jaya, Memberamo Tengah dan Nduga.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XVIII Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR Osman Harianto Marbun mengatakan, kebutuhan masyarakat cukup tinggi terhadap akses jalan darat. Hal ini tidak lepas dari lalu lintas logistik ke kabupaten di Pegunungan Tengah.
Hadirnya Trans Papua dinilai akan memangkas ongkos kirim yang mereka keluarkan. Selama ini biaya pengiriman dari Jayapura- Wamena rata-rata sebesar Rp 13.000/kg dengan menggunakan pesawat, sementara biaya angkut lewat jalur darat berkisar Rp 7.000/kg.
Selama ini, kondisi jalan tanah dan kerikil memang mudah rusak saat dilewati kendaraan dengan beban berlebih. "Perbaikan sudah kami lakukan sejak tanggal awal Januari 2019 yang lalu,terutama di beberapa lokasi yakni pada KM 276, KM 306, KM 310,dan KM 386. Untuk mempercepat pekerjaan, kami akan menambah peralatan," pungkas Osman.
- Log in to post comments