Lingkungan
Pencemaran Perairan Teluk Ambon Tinggi
AMBON, KOMPAS — Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menyatakan, kerusakan perairan Teluk Ambon, Maluku, kian parah. Perairan tersebut mengandung bakteri yang melebihi ambang batas sehingga berbahaya untuk wisata laut.
Berdasarkan penelitian LIPI, kualitas air di Teluk Ambon buruk dengan jumlah kepadatan 3.300 sel bakteri Escherichia coli (E coli) dan 27.100 sel bakteri Coliform total pada setiap 100 mililiter air yang menjadi sampel. Sampel penelitian itu diambil di delapan lokasi, di antaranya Pasar Batumerah, Air Salobar, pertengahan Teluk Ambon bagian luar, dan Hatiwe Besar.
Jika mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut, Wisata Bahari, dan Pelabuhan, ambang batas maksimal kepadatan kedua bakteri itu jauh di bawah temuan tersebut. Untuk wisata bahari, misalnya, ambang batas atas kepadatan E coli tidak boleh lebih dari 200 sel untuk setiap 100 mililiter air laut yang menjadi sampel. Adapun kepadatan Coliform total juga tak boleh lebih dari 1.000 sel pada setiap 100 militer air.
”Hasil penelitian ini menjadi peringatan besar bahwa kerusakan di Teluk Ambon kian parah. Hal tersebut merupakan akibat dari rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan teluk dan belum optimalnya peran pemerintah dalam melakukan penataan kota yang ramah lingkungan,” kata peneliti dari Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Biota Laut Teluk Ambon LIPI, Yosmina Tapilatu, di Ambon, Selasa (18/2).
Sejumlah informasi yang dihimpun LIPI menyebutkan, beberapa orang yang berenang di teluk, terutama di kawasan pesisir, sudah terkena dampak dari kedua bakteri itu. ”Ada yang diare dan gatal-gatal,” ujar Yosmina.
Terdeteksinya bakteri E coli menandakan perairan tersebut terkontaminasi feses mamalia berdarah panas, termasuk manusia. Sementara temuan Coliform total umumnya disebabkan materi organik yang berasal dari sampah yang dibuang ke laut.
Berdasarkan data Dinas Kebersihan Ambon, hampir 500 kilogram sampah dibuang ke teluk seluas 28.292,89 hektar itu setiap hari. Jika musim hujan, volume sampah yang mengalir ke teluk melalui 10 sungai besar tidak bisa terhitung jumlahnya.
Wakil Wali Kota Ambon Sam Latuconsina mengatakan, kelestarian Teluk Ambon menjadi perhatian pemerintah. Pencemaran laut akibat sampah lebih disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat, terutama para pedagang di pasar yang terletak di pesisir teluk. ”Tempat sampah sudah kami siapkan di mana-mana, termasuk tempat umum seperti pasar,” ujar Sam. (FRN)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004928167
- Log in to post comments
- 927 reads