PascaBanjir Bandang
609 Siswa Belajar di Tenda
AMBON, KOMPAS — Sudah hampir tujuh bulan, 609 siswa tiga sekolah dasar di Negeri Lima, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, Maluku, belajar di tenda yang kondisinya kian buruk. Pemerintah belum juga membangun gedung sekolah baru setelah gedung sekolah mereka roboh tersapu banjir bandang akibat jebolnya bendung alam Wai Ela pada 25 Juli 2013.
Selain menghancurkan ratusan rumah, banjir bandang tersebut juga menghancurkan gedung SD Negeri 1, SD Negeri 2, dan SD Inpres. Pascabanjir bandang, kegiatan belajar-mengajar tiga SD tersebut dilakukan di tenda.
Berdasarkan pantauan Kompas, Kamis (13/2), setiap tenda digunakan untuk dua kelas. Kedua kelas hanya dipisahkan kain tipis. Karena tempatnya terbatas, bangku dan meja harus diletakkan berimpitan.
Saat hujan, banyak bagian yang bocor. Saat hujan deras, air menggenang di dalam tenda setinggi sekitar 10 sentimeter. Sebaliknya, saat matahari bersinar terik, kondisi di dalam tenda sangat panas.
”Kalau panas, katong (kami) tidak bisa di dalam tenda, kasihan anak-anak. Kegiatan belajar-mengajar terpaksa dipindahkan di luar tenda,” ujar Rasmi Salong, guru SD Negeri 1.
Selain itu, aliran listrik juga sering padam. Tanpa lampu, kondisi di dalam tenda gelap.
Menurut Penjabat Raja (Kepala Desa) Negeri Lima Surahman Pesihatu, lokasi untuk bangunan sekolah yang baru sebenarnya sudah ada. Hanya saja, pembangunannya belum dimulai karena di lokasi itu masih ada tanaman milik warga.
”Kami masih melakukan pendekatan agar pemilik tanaman mau melepas tanamannya itu,” katanya. (frn/apa)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004797019
- Log in to post comments
- 330 reads