BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Korban Banjir Bandang Wai Ela Tak Disediakan Tanah Relokasi

Warga Sulit Cari Lahan
Korban Banjir Bandang Wai Ela Tak Disediakan Tanah Relokasi

AMBON, KOMPAS — Warga korban banjir bandang akibat jebolnya bendung alam Wai Ela, 25 Juli 2013, yang rumahnya rusak total telah menerima bantuan Rp 15 juta untuk membangun rumah. Namun, warga kesulitan mencari lahan baru.

Banjir bandang yang menerjang Negeri Lima, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, Maluku, itu menghancurkan 422 rumah, tempat tinggal bagi sekitar 2.500 warga.

Madi Soulissa (35), salah satu korban, mengatakan, ia menerima dana bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tersebut pada pekan lalu. Namun, uang itu masih utuh karena dia kesulitan mencari lahan untuk lokasi rumah baru.

”Lokasi rumah saya sebelumnya sudah ditetapkan berada di zona merah, zona yang berpotensi terkena banjir bandang kembali. Jadi, tidak mungkin membangun rumah di lokasi semula, sementara mencari lahan lain tidak mudah,” tuturnya, Selasa (11/2).

Sejumlah lahan kosong yang cocok dibangun rumah telah dijual kepada korban banjir bandang lainnya. Selain itu, tidak sedikit pemilik tanah yang enggan menjualnya. Kalaupun pemiliknya bersedia menjual lahan itu, harganya dinilai Madi terlalu mahal. Harga satu kapling tanah seluas 10 meter x 15 meter mencapai Rp 10 juta hingga Rp 15 juta.

Oleh karena itu, Imran Soumena (30) dan Abidin Lumaella (50) memilih membangun rumah mereka di lokasi semula. ”Kami sadar rumah kami ini sudah ditetapkan berada di zona merah. Namun, mau bagaimana lagi? Cari tempat lain susah. Kalaupun dapat, harganya mahal,” ujar Imran.

Mereka bahkan telah membangun kembali rumah dua bulan sebelum bantuan cair. ”Bantuan dari pemerintah terlalu lama cair. Kami pakai uang sendiri untuk membangun rumah ini karena tidak enak lama-lama tinggal di tenda pengungsi,” kata Abidin.

Sejumlah warga sudah membeli lahan baru dengan uang dari BNPB dan sudah mulai membangun rumah mereka. Sementara rumah baru belum selesai, mereka masih tinggal di tenda-tenda pengungsian yang kondisinya memprihatinkan. Saat hujan, misalnya, banyak tenda yang bocor.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Maluku Tengah Bob Rahmat mengatakan, bantuan yang telah diserahkan kepada korban banjir bandang baru tahap pertama. Bantuan tahap kedua sekaligus yang terakhir dari BNPB, sebesar Rp 10 juta, akan diberikan setelah penerima bantuan membangun sebagian konstruksi rumahnya. Selain itu, akan ada bantuan dari Kementerian Sosial sebesar Rp 10 juta dan Kementerian Perumahan Rakyat sebesar Rp 9 juta.

Terkait dengan kesulitan warga mendapat lahan yang aman dari potensi banjir, penjabat sementara Raja (Kepala Desa) Negeri Lima Surahman Pesihatu mengatakan, pembebasan lahan untuk pembangunan rumah korban bencana bukan tugas pemerintah. Karena itu, warga diminta mencari lahan sendiri.(FRN/APA)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004744451