BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Wamen: Petani Jawa Harus Belajar dari Petani Buru

Thursday, 27 March 2014
Wamen: Petani Jawa Harus Belajar dari Petani Buru

Namlea - Petani di Pulau Buru mendapat apresiasi yang tinggi dari Wakil Menteri (Wamen) Pertanian, Rus­man Heryawan. Saat menghadiri panen raya padi hibrida di Desa Wae­kasar Kecamatan Waeapu Kabupaten Buru Rabu (26/3), ia mengatakan petani di Pulau Jawa dan daerah lainnya harus banyak belajar dari petani di Pulau Buru.

Panen raya padi hibrida di atas lahan seluas 540 ha itu, kali ini berhasil meningkatkan produktifitas padi mencapai 8,1 ton (gabah kering giling) per hektar atau melampaui produktifitas rata-rata secara nasio­nal yang hanya mencapai 5,1 ton per ha.

Heryawan pada kegiatan tersebut didampingi Wakil Gubernur (Wa­gub) Maluku, Zeth Sahuburua dan sejumlah pejabat baik dari Kemen­terian Pertanian maupun BUMN Pertanian.

Bupati Buru, Ramli Ibrahim Uma­sugi, Wakil Bupati, Juhana Soe­drajat, Ketua DPRD Buru,  Maksim Bugis dan Forkopimda juga hadir dalam kegiatan panen raya tersebut.

Di hadapan petani dan undangan yang hadir, Heryawan mengatakan, menyaksikan  hasil strategi pening­katan produktifitas, melalui paket teknologi budidaya padi hibrida di Pulau Buru, petani Jawa kalah.

Menurutnya, padi hibrida ini masih termasuk yang belum banyak dipraktekan oleh para petani. Petani di Indonesia katanya  masih lebih suka menanam padi imbrida.

“Kalau bapak ibu berani menanam padi hibrida, itu berarti pengetahuan bapak ibu petani lebih jauh dari pengetahuan petani yang menenam padi imbrida,” tandasnya.

Diakuinya, Pulau Jawa sebagai nenek moyangnya padi, belum tentu semangat para petaninya menanam padi hibrida. Karena menanam padi hibrida pengetahuannya harus cukup.

 “Jadi kalau kurang pengetahuan dalam menanam padi hibrida, hasilnya ya padi pengangguran, artinya, hasil produksinya lebih jelek dari padi imbrida atau padi biasa,” ujar  Heryawan.

Dikatakan, dalam catatannya, produktifitas padi hibrida di di Pulau Buru mencapai 8,1 ton gabah kering giling per ha. Kalau dijadi­kan beras ada 4,8 ton per ha. Se­dangkan rata-rata nasional, pro­duksi padi hanya 5,1 ton gabah kering giling per ha.

“Jadi produksi petani di Buru ini jauh di atas produksi nasional,” pujinya.

Oleh karena itu selaku wakil peme­rintah, Heryawan tetap mendorong petani untuk melanjutkan penana­man padi hibrida,  sebab secara na­sional juga luasan penamaman padi hibrida ini hanya baru mencapai 750 ribu ha per tahun.

“Kurang dari 1 juta ha. Padahal luasan tanam padi dalam satu kali panen di Indonesia mencapai 14 juta ha. Saya akan menganjurkan petani untuk datang ke Pulau Buru belajar di sini,” ujarnya.

Khusus kepada petani, Heryawan mengingatkan petani untuk peng­amaman produksi mereka dari OPT (organisme pengganggu tanaman), sebab kalau tidak dikendalikan, bisa jadi produksi yang hebat ini bisa hilang karena OPT.

“Saya minta bapak-bapak petani menjelang panen ini melihat sawah, jangan ditinggalkan sawahnya tiba-tiba padi sudah tidak ada karena serangan hama.Baik itu hama di bawah, tikus, maupun hama yang lain,” ingatnya. (S-31)

Sumber: http://siwalimanews.com/post/wamen_petani_jawa_harus_belajar_dari_petani_buru