BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 dan Implikasinya bagi Pembangunan Daerah

Jika tidak aral melintang dalam beberapa bulan lagi kita akan memasuki era baru dalam kerjasama regional ASEAN yakni Masyakarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.  MEA dimaksudkan agar ASEAN menjadi lebih stabil, lebih sejahtera dan lebih kompetitif. Kesepakatan ini mewarnai perjalanan ASEAN menuju kawasan yang maju dan diperhitungkan dalam percaturan ekonomi dunia. Harapan ini sangatlah wajar jika melihat geliat ekonomi beberapa negara ASEAN. Dari struktur ekonomi 10 negara ASEAN hanya Singapura yang memiliki kinerja yang sangat baik. Negara ini bahkan masuk dalam 10 Besar Kekuatan  Ekonomi Global menurut Global Competitiveness Report (GCR) 2014-2015. Indonesia sendiri cukup moderate berada pada rangking ke 34. Kesepakatan membentuk ASEAN yang stabil akan semakin mendorong kerjasama di bidang ekonomi yang pada gilirannya akan memperkuat struktur perekonomian di masing-masing negara.   

MEA bukan sebuah selebritas diakhir tahun 2015 yang diwarnai oleh pelepasan balon ke udara atau ledakan mercon seperti yang kita rayakan setiap malam pergantian tahun. MEA juga tidak sekedar bebasnya pergerakan arus barang dan jasa seprti yang kita alami dalam isu perdagangan bebas. MEA tidak berarti penjual bakso di Vietnam akan berjualan di pinggir-pinggir jalan di Indonesia. MEA justeru bermaksud mengintegrasikan pilar pembangunan didalamnya mencakup upaya mempersempit kesenjangan diberbagai aspek kehidupan. Isu MEA bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti, karena mau tidak mau atau siap tidak siap kita memang sedang mengalami itu dan tahun 2015 hanya penanda bahwa secara institutional kita sudah berada dalam satu lingkungan ekonomi ASEAN yang terintegrasi.

Implikasi bagi pembangunan di Gorontalo

Secara geografis, Gorontalo berhadapan dengan beberapa negara ASEAN, terutama Philipina. Dalam kurun waktu 10 tahun, geliat ekonomi Gorontalo antara lain diwarnai oleh perdagangan beberapa komoditi asal Gorontalo kebeberapa negara ASEAN. Gorontalo hingga saat ini masih mengekspor jagung ke Malaysia atau ke Brunai untuk dijadikan bahan pakan. Dengan Philipina, Gorontalo menjalin  kerjasama di bidang perikanan dan perkapalan. Sebaliknya, masyarakat Gorontalo saat ini sudah biasa mengkonsumsi durian asal Thailand atau berbagai barang industry lainnya dari negara ASEAN. Ini menunjukkan bahwa di lapangan Gorontalo sudah berada dalam pusaran lingkungan MEA.

MEA berimplikasi pada peningkatan produktivitas dan penguatan daya saing. Secara keseluruhan daya saing dan produktivitas Gorontalo masih rendah, kondisi yang lazimnya dialami oleh daerah-daerah yang baru terbentuk. Namun kebijakan Pemerintah Daerah terhadap peningkatan kualitas SDM akan sangat berguna bagi penguatan sector tenaga kerja sebagai salah satu unsure penting bagi peningkatan produktivitas dan daya saing.  Jika melihat kontribusi sector terhadap PDRB _sebagai salah indicator produktivitas dan daya saing, maka focus pembangunan pertanian Gorontalo masih menjadi isu krusial dan perlu dikembangkan di masa yang datang.  Hal ini antara lain dapat dilakukan dengan mencetak lebih banyak tenaga kerja yang memiliki ketrampilan (skilled labor) serta introduksi teknologi guna mendukung industry pengolahan berbagai komiditi pertanian dan sector lainnya. Dengan kata lain, jika ingin meningkatkan produktivitas dan saya saing, maka Gorontalo harus mulai memikirkan dengan serius transformasi perekonomian berbasis pertanian menuju penciptaan nilai tambah (added value creation).

Untuk mempercepat transformasi ekonomi daerah yang berkelanjutan maka perlu adanya roadmap (peta jalan) yang terpadu. Roadmap penting agar pengembangan ekonomi kedepan menjadi terarah dan terukur. Peta jalan perlu didukung dengan penyusunan prototype kawasan industri yang adaptif dan terpadu. Rencana pembentukan Kapet GOPANDANG perlu ditindaklanjuti sebagai kawasan bagi penumbuhan industry pengolahan. Transformasi ekonomi juga perlu didukung perubahan struktural pembiayaan terhadap pembangunan infrastruktur ekonomi dan public. Untuk itu diperlukan strategi dan langkah-langkah nyata bagi pengembangan instrumen Public Private Partnership (PPP). Ini termasuk meningkatkan dukungan Perbankan bagi pertumbuhan kredit non produktif  serta penumbuhan semangat enterpreneurship di sektor swasta dan elemen masyarakat umumnya.

Pergerakan arus barang dan jasa dalam lingkungan MEA memerlukan kesiapan infrastruktur transportasi yang baik (locally integrated, internationally connected). Terobosan Pemerintah Provinsi Gorontalo akan membangun Gorontalo Ring Road (GORR) merupakan upaya strategis yang perlu didukung dan direalisasikan. GORR akan membuka akses dan menghubungkan sumbu ekonomi dari utara ke selatan dan sebaliknya serta akan melahirkan multiplier effect dengan berkembangnya daerah-daerah penyangga (hinterland). Optimalisasi dukungan dan kapasitas transportasi laut baik pelabuhan Gorontalo di selatan maupun Pelabuhan kontainer di Anggrek di utara perlu dihubungkan kedalam moda transportasi yang terintegrasi dengan pengembangan jalan dan pelabuhan udara (locally integrated) serta harus terhubungkan dengan rencana pembangunan jaringan Kereta api se Sulawesi (regionally well connected). Upaya ini akan membantu kesiapan Gorontalo saat volume dan nilai distribusi barang dan jasa semakin meningkat pasca 2015.

MEA 2015 akan mendorong minat investasi di antara sesama 10 negara ASEAN. Peluang ini harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin dengan menawarkan kemudahan dan dukungan berinvestasi di Gorontalo. Perda Kemudahan Investasi yang dibuat pada tahun 2007 adalah salah satu modalitas bagi jaminan kemudahan dan keamanan berinvestasi di daerah ini. Perda ini perlu dioptimalkan dan disesuaikan dengan lingkungan strategis menjelang MEA. Demikian halnya, pelaksanaan Reformasi Birokasi yang saat ini semakin diperkuat perlu terus dipertahankan. Konsistensi dalam melakukan “reform” akan menciptakan entrepreneurial local government yang adaptif dan responsive terhadap pelayanan public yang baik. Hal ini penting karena minat investasi hanya akan tumbuh apabila Pemerintah Daerah mampu menunjukkan pelayanan yang baik dan tidak bertele-tele. 

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 bukanlah hantu yang perlu ditakuti, bukan pula ancaman yang harus dihindari. MEA 2015 adalah sebuah tantangan yang siap disikapi melalui pembenahan di berbagai bidang pemerintahan maupun akselerasi diberbagai bidang pembangunan. Mau tidak mau, suka tidak suka Gorontalo harus siap menghadapi tantangan itu.

Oleh: Ir. Aryanto Husain, MMP (Koordinator Wilayah F-KTI Gorontalo

Related-Area: