BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Publik Yakin Generasi Indonesia Berdaya Saing Global

Publik meyakini generasi Indonesia mampu berdaya saing global. Optimisme ini bertumpu pada kuatnya daya juang individu di tengah ekosistem pendidikan yang dianggap semakin membaik.

Oleh
ARITA NUGRAHENI

Generasi yang memiliki semangat untuk bersaing secara global menjadi harapan Indonesia untuk melaju menjadi negara maju. Upaya menciptakan ekosistem pendidikan yang relevan dengan tantangan zaman paling penting untuk dikedepankan.

Rangkuman tersebut tecermin dari hasil jajak pendapat Litbang Kompas akhir Januari lalu. Mayoritas responden (75,9 persen) meyakini generasi muda Indonesia mampu bersaing dengan generasi muda dari negara-negara maju. Dari kelompok publik ini, 18,3 persen bahkan menyebut sangat yakin pada kemampuan kalangan muda.

Temuan yang cukup mencolok adalah keyakinan besar yang datang dari kelompok muda itu sendiri. Tercatat 85,7 persen responden berusia 17 hingga 23 tahun menyatakan optimisme tersebut.

Proporsi ini 10 hingga 15 persen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Artinya, ada kepercayaan diri yang terbentuk pada generasi muda Indonesia untuk melenggang ke kancah global.

Keyakinan untuk mendunia tecermin hampir merata dari seluruh kalangan, baik dari sisi latar belakang pendidikan maupun sosial ekonomi. Hasil ini menunjukkan optimisme berdaya saing global tidak terbatas pada kalangan atas semata. Semua memiliki peluang yang sama untuk berkiprah mendunia.

Optimisme publik ini utamanya dilatarbelakangi oleh keyakinan pada potensi individu yang didukung oleh ekosistem pendidikan yang baik. Hal ini tecermin lewat 4 dari 10 responden yang menganggap kegigihan individu sebagai modal utama generasi muda Indonesia mampu bersaing secara global.

Respons publik ini turut mencerminkan apresiasi pada keuletan para pembelajar yang tidak pantang menyerah. Keterbatasan terbukti mampu didobrak dengan semangat juang yang tinggi.

Misalnya saja, kondisi geografis Indonesia dengan infrastruktur yang belum memadai tak menghalangi pelajar untuk berangkat sekolah meski harus berjalan jauh di tengah hutan ataupun menyeberang sungai bertaruh nyawa.

Minimnya fasilitas belajar pun dihadapi secara kolektif lewat berbagi teknologi dan sumber literasi. Kelompok-kelompok belajar terbentuk secara swadaya demi mengisi kekosongan belajar. Tak pelak, keterbatasan menempa kegigihan dan keuletan generasi muda agar tetap dapat mengenyam pendidikan.

Ekosistem pendidikan
Adapun seperempat responden (24,8 persen) menyebut dukungan pemerintah yang baik sebagai faktor penentu daya saing generasi muda. Sementara itu, 24,4 persen meyakini sistem pendidikan yang semakin baik menjadi modal generasi Indonesia untuk unggul.

Kerja-kerja pemerintah untuk menciptakan ekosistem yang baik untuk tumbuh menjadi generasi unggul pun terus diupayakan. Merujuk Capaian Kinerja 2022, pemerintah berkomitmen untuk mentransformasi sistem pendidikan yang adaptif terhadap perubahan demi meminimalkan lost generation jelang bonus demografi 2030.

Pemerintah juga bertekad membuka akses pendidikan bagi seluruh masyarakat hingga jenjang perguruan tinggi. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Merdeka Belajar disiapkan dibarengi dengan beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), hingga Dana Abadi Pendidikan.

Dari sisi pendidikan, publik menganggap ekosistem pendidikan yang adaptif terhadap tantangan global menjadi kunci untuk melahirkan generasi unggul.

Temuan ini masih selaras dengan pidato Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim dalam Kuliah Umum Pendidikan Berdaya Saing Global dan Responsif Terhadap Perubahan Menuju Indonesia 4.0 pada 14 Desember 2019.

Masa depan akan berubah tidak hanya dari sisi teknologi, tetapi juga perubahan dari sisi organisasi, konsep kepemilikan, pekerjaan, dan budaya. ”Hubungannya dengan pendidikan adalah kalau dunia ke depan mengandalkan inovasi, kreativitas, dan adaptabilitas. Sistem pendidikan juga harus mengikuti dengan mengasah daya kreativitas, problem solving, komunikasi, dan kolaborasi,” ujar Nadiem Makarim.

Pacu
Di tengah keyakinan yang besar, sejumlah catatan perlu diperhatikan. Setidaknya, 2 dari 10 responden merasa tidak yakin kalangan muda Indonesia mampu bersaing di kancah global.

Ketidakyakinan ini dipicu oleh anggapan belum kuatnya ekosistem pendidikan. Sebanyak 38 persen dari kelompok yang tidak yakin menyoroti kurangnya dukungan pemerintah. Sementara 25,7 persen menyoal sistem pendidikan Indonesia yang tidak sesuai dengan tantangan global.

Keraguan ini pun selaras dengan taraf daya saing dari sisi bakat yang masih rendah di Indonesia. Dalam The Global Talent Competitiveness Index 2022 besutan INSEAD, Portulans Institute, dan the Human Capital Leadership Institute, Indonesia menduduki peringkat ke-82 dari 133 negara yang diteliti dengan skor 37,00.

Secara umum, indeks tersebut mengukur serangkaian kebijakan dan praktik yang memungkinkan suatu negara untuk berkembang, menarik, dan memberdayakan sumber daya manusia untuk berkontribusi dalam produktivitas dan kemakmuran.

Secara global, Indonesia masih berada di papan bawah dalam hal daya saing global. Begitu pula jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara.

Singapura berada di posisi ke-2 global dengan skor 75,80. Sementara Brunei Darussalam dan Malaysia berada di papan tengah di peringkat ke-41 dan ke-45. Adapun Vietnam, Thailand, dan Filipina berselisih tipis di atas peringkat Indonesia.

Merujuk indeks ini, Indonesia cukup menunjukkan keunggulan dalam aspek enable, vocational, and technical skills, dan grow. Ketiganya mencakup ranah regulasi, pasar tenaga kerja, pendidikan formal, dan kecakapan kerja.

Sementara itu, skor dalam aspek attract, global knowledge, dan retain masih di bawah capaian rata-rata. Ketiga aspek ini mencakup kesetaraan, keterbukaan, keterampilan tingkat tinggi, hingga gaya hidup.

Dalam hal global knowledge skills, misalnya, Indonesia masih belum mumpuni dalam menghasilkan profesional dan peneliti dengan kemampuan tinggi. Hal ini berdampak pada rendahnya inovasi, produk ekspor bernilai tinggi, dan jurnal ilmiah.

Di tengah taraf daya saing yang masih perlu diakselerasi, keyakinan publik ini menjadi bekal semangat untuk menciptakan generasi berdaya saing global. Kegigihan kalangan muda perlu disambut dengan tersedianya ekosistem pendidikan yang inklusif. (LITBANG KOMPAS)

Editor: Yohan Wahyu

Sumber: https://www.kompas.id/baca/riset/2023/02/13/publik-yakin-generasi-indonesia-berdaya-saing-global?utm_source=newsletter&utm_medium=mailchimp_email&utm_...