BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Monika Karma, Pendekar Kemanusiaan dari Kampung Ayam

National Geographic Indonesia - Senin, 24 Juni 2019 | 10:04 WIB


Nationalgeographic.co.id - Pagi itu terasa terik di Kampung Ayam, sebuah kampung di Distrik Akat, Kabupaten Asmat, dua jam perjalanan dengan longboat dari Agats. Kami berjalan ke arah timur menuju ke SD YPPK St Martinus De Porres, saat matahari berada tepat ada di depan kami, begitu menyilaukan.

Riuh rendah terdengar anak-anak bernyanyi, tidak terlalu jelas awalnya.

“Selamat datang kakak, selamat datang kakak, selamat datang kami ucapkan…”

“Selamat datang kakak, selamat datang kakak, selamat datang kami ucapkan...”

Puluhan siswa sekolah dasar menyambut kami pagi itu. Satu lagu pramuka yang kerap saya nyanyikan saat masih aktif di dalam kepengurusan organisasi tersebut. Entah mengapa, spontan air mata menetes jatuh. Mungkin karena sambutan yang begitu tulus dengan senyuman termanis dari mereka yang tidak bersepatu.

Kami datang untuk melihat Program Penyuluhan Gizi dan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang digagas oleh Pertamina Sehati bersana Dompet Dhuafa sebagai pelaksana.

Terlihat seorang wanita muda, begitu piawai memimpin jalannya kegiatan, dia memberikan penyuluhan. Gesturnya seperti warga setempat, tetapi mengenakan atribut resmi Pertamina Sehati dengan logo Dompet Dhuafa terbordir pada rompi yang dikenakannya.

Saat kegiatan penyuluhan berganti menjadi pemberian bubur ketan hitam dan susu, kami mendatangi wanita muda tadi dan berusaha menggali informasi lebih lanjut tentang siapa dan apa peran dia dalam kegiatan ini. “Nama saya Monika Karma, saya berusia 20 tahun, dan semenjak bulan Juli saya sering mengikuti kegiatan Dompet Dhuafa ini” ujarnya memperkenalkan diri. “Awalnya hanya menonton saja. Lalu dokter ajak saya untuk bantu dan kemudian saya diangkat sebagai Kader Posyandu tanggal 14 September 2018”, Monik menambahkan informasi tentang peran di dalam kegiatan ini.

Masih sambil tersenyum, Monik juga bercerita mengenai betapa takutnya masyarakat di sana ketika diimunisasi. “Karena setelah disuntik sakit panas, padahal itu biasa karena efek samping dari imunisasi.”

Waktu berlalu begitu cepat, jam di tangan sudah menunjukkan pukul 14.00. Bertepatan dengan itu, rasa lapar pun datang. Sementara Monik masih terus melayani ibu-ibu dengan antusias dan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya, kami pun pamit undur diri. Kami masih memiliki rencana untuk mengunjungi kampung lain yang berada sekitar 600 meter dari lokasi Posyandu I.

Kami pun berpisah dengan Monik siang itu. Dari kejauhan kami masih bisa melihat sosoknya yang masih bersemangat memberikan pemahaman dan pengertian akan kesehatan kepada ibu-ibu di sana.

Sesekali Monik melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan. Matanya berbinar, senyumannya terkembang di latar belakangi langit biru cerah yang mengesankan kedamaian. Kami tahu bahwa Monik melakukan ini semua atas dasar cinta akan kemanusiaan bagi masyarakat di Kampung Ayam.

Penulis: Agung Yoga Asmoro

Sumber: https://nationalgeographic.grid.id/read/131764169/monika-karma-pendekar-kemanusiaan-dari-kampung-ayam?page=all