Indonesia punya 718 bahasa daerah sehingga menjadi negara dengan bahasa terbanyak kedua di dunia setelah Papua Niugini. Banyak bahasa mengalami kemunduran, kritis, bahkan terancam punah karena jumlah penuturnya menyusut.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
JAKARTA, KOMPAS — Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional setiap 21 Februari diharapkan tidak sekadar seremoni. Peringatan ini patut dijadikan momentum melestarikan kekayaan bahasa dan budaya bangsa dengan menjaga para penuturnya.
Indonesia mempunyai 718 bahasa daerah sehingga menjadi negara dengan bahasa terbanyak kedua di dunia setelah Papua Niugini. Banyak bahasa mengalami kemunduran, kritis, bahkan terancam punah karena jumlah penuturnya terus menyusut.
Menurut Ketua Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Ganjar Kurnia, peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional seharusnya tidak seremonial belaka.
”Hal paling penting adalah bukan sekadar peringatan, melainkan bagaimana aplikasinya di antara peringatan ke peringatan berikutnya,” ujarnya melalui keterangan tertulis, di Jakarta, Selasa (21/2/2023).
Peringatan itu semestinya menjadi refleksi bersama apakah setiap tahunnya terjadi peningkatan penutur bahasa ibu atau tidak. Jika tidak meningkat, diperlukan upaya lain yang lebih dari sebatas seremoni untuk menggugah masyarakat mengenai pentingnya melestarikan bahasa daerah.
”Masih ada harapan (bahasa ibu bisa lestari) kalau kita membuat sesuatu yang terarah, terprogram, dan terencana,” ujarnya.
Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Herry Jogaswara menyebutkan, peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional juga bertujuan meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat terhadap bahasa dan budaya berdasarkan pemahaman, toleransi, dan dialog. Peringatan ini disepakati sesuai dengan The General Conference of UNESCO pada 1999.
”Banyak cara merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional disesuaikan dengan peran dari masing-masing pihak. Salah satu kontribusi BRIN melalui Pusat Riset Preservasi Bahasa dan Sastra dalam mendukung program internasional adalah melaksanakan konferensi internasional tentang preservasi bahasa dan sastra,” ujarnya.
Herry berharap konferensi yang digelar pada 21-22 Februari 2023 itu menghasilkan pemikiran dan gagasan yang tertuang dalam tulisan berupa makalah tentang preservasi bahasa dan sastra.
Makalah tersebut nantinya dipublikasi, baik dalam skala nasional maupun global, guna meningkatkan pemahaman tentang pentingnya preservasi bahasa dan sastra untuk menjaga keragaman budaya.
Ada banyak bahasa di dunia yang telah hilang atau terancam punah karena kehabisan penutur. Bersyukurlah Anda yang masih dapat berbicara dalam bahasa ibu dan bahasa daerah. (Presiden Joko Widodo).
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menyerukan negara-negara untuk menerapkan program pendidikan dan pembelajaran berbasis bahasa ibu.
Anak-anak, remaja, dan orang dewasa membutuhkan kesempatan belajar dalam bahasa ibu mereka, yang dapat dikombinasikan dengan bahasa pengantar resmi.
Pendekatan ini dikenal sebagai pendidikan multibahasa. Dalam laman resmi UNESCO disebutkan, setidaknya 40 persen dari lebih dari 6.700 bahasa yang digunakan di seluruh dunia terancam punah dalam jangka panjang. Sebab, jumlah penuturnya berkurang dan anak-anak diajarkan dalam bahasa dominan masyarakat mereka daripada bahasa yang mereka gunakan di rumah.
Program pendidikan
”Penawaran pendidikan dalam bahasa ibu sangat penting untuk mentransmisikan dan melestarikan pengetahuan dan budaya tradisional. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa membutuhkan kesempatan belajar yang relevan dengan kehidupan dan kebutuhan mereka. Ini juga termasuk memiliki akses ke pendidikan dalam bahasa mereka sendiri,” ujar Direktur of The UNESCO Institute for Lifelong Learning David Atchoarena.
Presiden Joko Widodo melalui akun media sosial Instagram-nya turut mengunggah gambar terkait peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional. Akun itu menuliskan, ”Ada banyak bahasa di dunia yang telah hilang atau terancam punah karena kehabisan penutur. Bersyukurlah Anda yang masih dapat berbicara dalam bahasa ibu dan bahasa daerah”.
Sebelumnya, Ketua Umum Perkumpulan Pendidik Bahasa Daerah Indonesia Encep Ridwan mengatakan, pembelajaran bahasa daerah bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan akademik. Kecakapan berbahasa ibu itu juga diperlukan untuk berinteraksi dengan masyarakat sehingga harus dituturkan secara aktif.
”Kita tidak defensif terhadap pengaruh budaya asing seperti tutur bahasa. Namun, kita juga harus memelihara bahasa daerah dan melestarikan bahasa Indonesia,” ujarnya dalam seminar daring ”Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional 2023”.
Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mencegah kepunahan bahasa daerah, antara lain revitalisasi bahasa. Sebanyak 59 bahasa daerah di 22 provinsi akan direvitalisasi pemerintah pada 2023 agar tak punah.
Revitalisasi menyasar anak muda, khususnya siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, dengan melibatkan pihak sekolah, pegiat bahasa daerah, dan pemerintah daerah.
Editor:
EVY RACHMAWATI
- Log in to post comments