Jika kita membaca kalimat di atas, mungkin di benak kita sudah membayangkan tentang sebuah tebing yang menjulang sangat tinggi dan curam, yang di penuhi bebatuan dan tandus dengan sedikit rerumputan.
Kalimat judul di atas untuk menggambarkan salah satu nama desa yang masuk wilayah Kecamatan Jelai Hulu di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat yaitu Desa Tebing Berseri, karena di desa ini banyak pelajaran atau perubahan yang dapat diambil dalam satu tahun lebih berproses bersama-sama di Program Rintisan Kinerja dan Akuntabilitas (KIAT Guru) yang di fasilitatori oleh Fasilitator Masyarakat Ari Soebekti.
Foto : pertemuan KPL dan Kader untuk Penilaian Janji Layanan
Bulan Maret tahun 2017 merupakan awal kami melakukan sosialisasi program di desa tersebut, dan sebelum dilaksanakannya sosialisasi desa, Tim Fasilitator melakukan pemetaan di desa tersebut terlebih dahulu. Beberapa informasi yang dikumpulkan memberikan banyak temuan yang membuat hati kami merasa miris melihat proses pembelajaran di SDN 08 Jelai Hulu, dan di hati kami hanya bisa berkata "Kapan generasi disini akan bangkit, jika kebiasaan seperti ini terus berlanjut?"
Kami masih ingat, menurut penuturan masyarakat jam masuk sekolah di SDN 08 Jelai hulu yang terjadi selama ini, guru baru datang setelah jam 8 pagi dan anak-anak baru dimasukkan ke kelas jam 09.00 WIB, dan dipulangkan jam 11.00 WIB. Di samping itu kepedulian masyarakat masih sangat rendah terhadap pendidikan anak-anak, walaupun sebagian ada yang peduli, mereka tidak tau harus berbuat apa dan kepada siapa harus bertanya dan mengadu.
Namun masa-masa pahit dunia pendidikan di desa ini mulai terkikis sedikit demi sedikit setelah semua mulai bekerja sama, baik kader, Kelompok Pengguna Layanan/Komite, Sekolah (KPL), Tokoh Masyarakat, Pemerintah Desa yang kemudian membuat kesepakatan janji layanan untuk memberikan kualitas layanan yang terbaik buat anak-anak mereka.
Awalnya banyak kendala/hambatan yang dihadapi oleh Kader dan KPL, mulai dari pihak sekolah yang tidak mau dinilai jelek, turunnya semangat KPL karena resistensi dari sekolah, pemerintah desa yang belum maksimal terlibat dalam kegiatan baik dalam pembinaan dan pengarahan.
Beruntung, kami mendapatkan Kader (perempuan) yang tangguh dan tidak mudah putus asa, dan sangat peduli terhadap pendidikan anak di desanya. Namanya Meilina. Sebagai Kader, dia merasa miris terhadap pendidikan di desanya saat tahu anak kelas 4 dan 5 belum bisa membaca. Hal yang kemudian menjadi motivasinya untuk semangat menjalani tugas menjadi Kader desa. Sempat di awal tahun 2018 mau berhenti jadi kader, karena mau menikah dan pindah desa mengikuti suaminya, namun akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal di desa, karena beliau merasa ada amanah yang harus diselesaikan dan dilanjutkan.
Foto : Kader Meilina
Pada awal 2018 Tebing berseri dipimpin oleh kepala desa baru yaitu Bambang Irianto. Ini membuat Kader dan KPL lebih semangat lagi, karena ada dukungan kuat dari Kepala Desa yang mempunyai visi misi yang sama tentang pendidikan. Kades baru ini tidak hanya memberikan dukungan lewat dana operasional KPL tetapi juga membina dan mengarahkan KPL agar berjalan secara efektif. Kades juga terlibat dalam pertemuan bulanan serta membantu kader dalam memfasilitasi. Sehingga desa Tebing benar-benar mulai berseri sesuai nama desanya.
Foto : FM Ari berfoto bersama dengan pemangku kepentingan desa
Hormat kami untukmu para pejuang pendidikan di desa terpencil.