BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Pihak Sekolah Terharu Dikunjungi TKD Landak

Menjelang berakhirnya Program Kinerja dan Akuntabilitas Guru (KIAT Guru) di Kabupaten Landak,  Tim Koordinasi Daerah (TKD) Kabupaten Landak melakukan kunjungan monitoring di salah satu sekolah dampingan KIAT Guru pada hari sabtu, 28 April 2018.

Kunjungan TKD dipimpin langsung oleh Sekretaris Bappeda Kabupaten Landak, Syamsul Bahri,S.Pd,M.Si didampingi Tim Pelaksana Daerah KIAT Guru Kabupaten Landak, Rivai dan Juhar. Turut serta dalam perjalanan Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda Kabupaten Landak, Y Nomansen, S.STP dan beberapa orang staf Bappeda.

 

Foto : Rombongan berfoto bersama di depan Sekolah

 

Kunjungan Dadakan  

Kunjungan monitoring sifatnya dadakan dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana perkembangan sekolah-sekolah setelah didampingi KIAT Guru. “Agenda ini tidak terencana, sifatnya spontan setelah bincang-bincang sambil ngopi dengan kawan-kawan dari Fasilitator KIAT Guru yang sebentar lagi akan selesai kontraknya,” ungkap Nomensen, Kabid Sosbud Bappeda. Adapun sekolah yang menjadi sasaran kunjungan adalah SDN 22 Palo Belantian Kabupaten Landak.

Kepala Sekolah SDN 22 Palo Belantian cukup terkejut saat menerima kehadiran Tim dari Kabupaten. Apatah lagi saat tiba di sekolah, rombongan menemui suasana lingkungan sekolah yang sepi. Tanpa basa basi-rombongan langsung meninjau ruangan belajar yang ada. Di SDN 22 Palo Belentian, beberapa ruangan dibagi dua kelas dengan disekat tripleks. Rombongan salut dengan semangat belajar anak-anak. Sekalipun anak-anak berada dalam kelas yang sempit, namun mereka tetap belajar tenang tanpa mengganggu kelas lainnya.

 

Apa yang berubah

Rombongan Tim terkesan dengan penjelasan dari Kepala Sekolah, Ya’ Ramli beserta Kader Desa, Wilhemus yang hari itu dengan percaya diri menceritakan perubahan yang terjadi di sekolah dan masyarakat sejak masuknya Program KIAT Guru. “Semenjak ada KIAT Guru, sekolah jadi hidup, masyarakat jadi peduli kepada anaknya,” ujar Ya’Ramli yang sudah menjabat Kepala Sekolah selama 32 tahun. Menurut Pak Ramli, dulunya sekolah berjalan sendiri sesuai maunya, masyarakat juga berjalan sendiri, tapi sekarang masyarakat mulai peduli dengan sekolah misalnya gotong royong dan sebagainya.

Saat ditanya tentang kegiatan yang dilakukan untuk mencapai perubahan tersebut, Pak Ramli dengan panjang lebar menceritakan bahwa  sebagai Kepala Sekolah awalnya sangat terpaksa menerima program ini sebab sebelumnya sudah terbiasa dengan pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) apa adanya. Misalnya, dulu guru hanya tiga orang mengajar di 6 kelas, dan jika tidak masuk beberapa hari tidak ada yang urus baik dari kabupaten maupun dari masyarakat sendiri, Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya menjadi terbiasa dan mulai melakukakannya dengan sepenuh hati, motivasi semakin tumbuh dengan adanya perhatian masyarakat sekitar dan juga dari kabupaten.

 

Foto : Suasana ruang kelas SDN 22 Palo Bentingan yang disekat

 

Inisiatif Kecil

Dari situlah perubahan-perubahan kecil mulai dilakukan misalnya inisiatif penambahan guru di mana sebelumnya hanya bertiga dan setelah berjalan hampir dua tahun ini sudah ada tambahan 3 orang guru sehingga jumlah guru sekarang ini sudah 6 orang termasuk kepala sekolah yang terdiri dari 2 guru PNS dan 4 guru honor BOS (Guru yang dibayar dari dana Bantuan Operasional Sekolah-BOS). Selain itu, ruangan kelas sudah disekat yang dulunya satu ruangan dipakai dua kelas tanpa sekat sehingga pembelajaran kurang efektif, dan saat ini hasilnya sudah terlihat misalnya anak kelas satu rata-rata sudah bisa membaca, ini perubahan sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dan bahkan pelajaran bahasa inggris mulai diajarkan di kelas tinggi.

“Tidak hanya itu, saat ini juga telah dikembangkan koperasi sekolah yang tujuannya untuk saling membantu kebutuhan intern guru dan sewaktu-waktu jika dana BOS belum cair, sesekali dana koperasi dipinjam untuk kebutuhan belanja sekolah dan diganti saat dana BOS cair. Termasuk baru-baru ini pengadaan laptop bagi setiap guru yang ditalangi dari dana koperasi, dan masih banyak program yang ingin dikembangkan,” demikianlah pak Ramli bercerita dengan berapi-api.

Sementara itu perubahan dari sisi masyarakat disampaikan oleh Kader Desa. Pak Wehelmus yang tiba belakangan, dengan bangganya menceritakan perubahan yang dirasakan selama ini. “Sekarang, kalau turun hujan  dan jalanan licin, Pak Kepsek simpan motor di jalan kemudian berjalan kaki ke sekolah,” ujarnya. Lebih lanjut diungkapkkan bahwa atas inisiatifnya selaku Kader Desa bersama Kelompok Pengguna Layanan (KPL) menggerakkan masyarakat bergotong royong, yang rutin dilakukan pada tanggal 5 setiap bulannya. Gotong royong yang sudah dilakukan misalnya memperbaiki akses jalan yang dilewati anak-anak dan juga guru menuju sekolah, membersihkan lingkungan sekolah dan sebagainya. “Saya selaku kader dan masyarakat tidak bisa memberikan bantuan materil, tapi bantuan tenaga selalu siap bergotong royong jika dibutuhkan sekolah,” tuturnya.

 

Pembelajaran Kunjungan

Tim monitoring dari TKD, dalam hal ini Sekretaris Bappeda dan Kabid Sosbud, memberikan apresiasi yang mendalam setelah mendengarkan cerita dari Penyedia Layanan (sekolah) dan Pengguna Layanan (masyarakat), dan juga telah melihat langsung secara natural, semua sudah terkonfirmasi dengan baik. “Itulah sebabnya mengapa kami tidak memberitahukan adanya kunjungan monitoring ke sekolah ini,” ungkap pak Samsul. Direspon oleh Kepala Sekolah bahwa mereka tidak ada kekhawatiran dengan monitoring dadakan. “Kami sudah bekerja dengan hati, bahkan merasa terharu dan bangga ketika dikunjungi dari kabupaten yang sudah merasakan melewati medan sulit untuk melihat keberhasilan dan kekurangan sekolah kami, dan bukan berarti kami cari-cari perhatian, tapi adanya perhatian ini yang membuat kami terus termotivasi,” tutur Ya’ Ramli, sembari tersenyum lepas.

Foto : Kepala Sekokah, Ya' Ramli

 

Selaku Pejabat pemerintah, Pak Samsul Bahri kemudian menyampaikan beberapa harapan yang perlu ditindaklanjuti di kabupaten berdasarkan pembelajaran dari monitoring ini diantaranya : rencana rehab atau penambahan lokal sekolah; perbaikan jembatan rusak yang merupakan akses jalan bagi anak sekolah; dan juga rencana pelatihan-pelatihan untuk penguatan kapasitas dalam hal pengembangan sekolah misalnya menjadikan sekolah hijau dan sebagainya. “Untuk itu, saya menghimbau agar memperbanyak sosialisasi dengan masyarakat untuk meningkatkan kerjasama.”

Hal senada diungkapkan Kepala bidang sosial dan budaya bahwa akan diupayakan adanya pelatihan atau studi banding bagi sekolah yang berprestasi, baik kader, KPL maupun gurunya. Lebih lanjut, mengungkapkan rasa kebanggaannya atas sinergitas sekolah dan masyarakat yang sudah cukup bagus, sehingga beliau mengakui dan berkata, “Saya tidak sia-sia berkunjung kesini banyak pembelajaran yang didapatkan.”

Sebelum obrolan santai itu berakhir, ada pesan moral yang sangat berharga “tanggung jawab yang dilakukan ini, bukan karena tunjangan khusus yang akan didapatkan, namun terlebih pada kepedulian yang harus tertanam di jiwa untuk memperhatikan anak-anak agar lebih baik belajarnya,” demikian pesan penutup Pak Nomensen, Kabid Sosbud Bappeda Kabupaten Landak.          

 

Semangat Pantang Mundur

Perjalanan rombongan Tim Koordinasi Daerah KIAT Guru Kabupaten Landak ke SDN 22 Palo Belantian tidaklah mudah. Berbagai rintangan mereka temui sepanjang perjalanan. Untungnya rombongan terhibur oleh panorama alam yang ditumbuhi pohon-pohon yang rindang berjejer di sisi kiri kanan bukit.   

Pada beberapa titik, kendaraan rombongan beberapa kali tergelincir dan melakukan pengereman mendadak. Terlalu sering dijumpai tanjakan dan penurunan yang tajam dan sangat licin oleh bekas aliran air hujan pada malam harinya, apalagi jalan tanah yang masih polos tanpa make up alias “tanah kuning”. Mobil dinas yang mengantar  rombongan berulang kali terjebak lumpur yang dalam dan bannya amblas. Sehingga diputuskan, mobil ditinggal dan melanjutkan perjalanan dengan motor pinjaman warga setempat.

Foto : Kondisi jembatan penghubung antar kampung

 

Perjalanan pun dilanjutkan, namun belum setengah perjalanan tiba-tiba menemukan tantangan yang lebih menegangkan yaitu ketika menyeberangi sungai yang jembatannya tidak layak pakai lagi, di mana jembatan tersebut hanya berupa bentangan kayu bulat dan sudah termakan usia yang harus dilalui dengan penuh kehati-hatian. Usai menyeberangi sungai, rintangan lain tak terelakkan datang menghampiri, salah satu motor yang ditumpangi mogok sehingga tidak dapat melanjutkan perjalanan, sedangkan dua motor lainnya terus menerobos sampai ke lokasi tujuan.

Itulah yang dialami Tim Koordinasi Daerah (TKD) Program KIAT Guru Kabupaten Landak saat menempuh perjalanan untuk misi monitoring ke sekolah dampingan KIAT Guru. Semangat Tim Monitoring dalam menempuh perjalanan yang penuh tantangan itu didasari rasa penasaran yang menggumpal untuk melihat secara langsung perubahan apa yang terjadi selama diintervensi program KIAT Guru, sehingga sepanjang jalan terus berusaha menaklukan semua rintangan yang menghadang.  

Penulis: 
Juharita
Wilayah: 
Jabatan: 
Fasilitator Masyarakat