Berbuat demi anak, menjadi alasan terkuat seseorang mampu melakukan sesuatu di luar dugaan.
Sebagaimana yang terjadi pada rombongan peserta pelatihan KIAT Guru dari Desa Tanjung Sari Sintang. Kepala Desa yang sudah berada di Kota telah menyiapkan mobil sewa untuk mengangkut rombongan yang ada yakni : KPL,Kader, Kasek dan Komite agar bisa mengikuti pelatihan Tatakelola di Kota Sintang (18/3).
Biasanya jarak tempuh dari desa ke Ibu kota Sintang memakan waktu hanya 7 Jam. Namun hari itu, sejak meninggalkan desa mereka dari jam 9 pagi mereka baru tiba di kota jam setengah dua belas malam. Apa pasal?
Menurut cerita Pak Robertus Lala, pimpinan rombongan, setelah 2 jam perjalanan mobil mesti melewati sebuah sungai. Sambil menunggu perahu pengangkut, rombongan turun dari mobil untuk istirahat, dan mobil di parkir miring di tepi sungai biar lebih mudah dinaikkan ke perahu. Tiba-tiba-tanpa diduga, mobil mereka terperosok ke sungai. Penyebabnya batu pengganjal ban belakang lepas, dan rem tangan tidak berfungsi. Mobil yang diparkir miring akhirnya berjalan mundur dan tercebur ke sungai. Apa daya seluruh barang bawaan basah, termasuk tas pakaian dan laptop sekolah.
Dengan segera, seluruh penumpang mendekati mobil dan membuka pintu bagasi untuk mengeluarkan barang bawaan. Alhasil semua pakaian di dalam tas basah. Paniklah sopir, paniklah rombongan. Mereka hanya bisa saling berpandangan dan menebak-nebak isi kepala masing-masing. Tiba-tiba Pak Lala berinisiatif menelepon Fasilitator KIAT Guru menyampaikan musibah ini dan bermaksud kembali saja ke kampung, karena seluruh pakaian basah. Segala penjelasan diberikan oleh Fasilitator KIAT Guru untuk meyakinkan rombongan bahwa kehadiran mereka di pelatihan akan menentukan masa depan anak-anak di desa.
Berbekal motivasi dari Fasilitator, disepakatilah oleh rombongan untuk tetap melanjutkan perjalanan. Mereka kemudian mengeluarkan pakaian basah, membilas dengan air bersih dan menjemurnya di batang-batang pohon sekitar sungai. Mereka pun berembuk untuk menemukan solusi mencari mobil pengganti, sebab mobil yang tercebur sungai tak sanggup melanjutkan perjalanan.
Bayang-bayang harapan anak di kampung, menabalkan tekad mereka bahwa apapun yang terjadi, jam berapapun berangkat lagi dan tiba di kota, perjalanan mesti dilanjutkan. Beberapa jam kemudian, pertolongan pun tiba, sebuah mobil yang baru tiba dari Sintang bersedia kembali ke Sintang dan mengantar mereka. Sekali lagi kesediaan itu dengan alasan yang sama “demi anak-anak".