BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Cetak Generasi Muda Progresif

Cetak Generasi Muda Progresif
Tradisi Harus Adaptif dengan Kemajuan Zaman
14 Februari 2017

JAKARTA, KOMPAS — Pemberian beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah kepada siswa dari wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal hendaknya mampu mencetak generasi muda masyarakat adat yang berpikiran progresif. Dengan demikian, mereka bisa menjadi tumpuan pembangunan bangsa serta peningkat kesejahteraan kampung halaman.

"Fungsi utama pendidikan ialah membentuk pola pikir ilmiah," kata sosiolog sekaligus Rektor Universitas Negeri Surabaya, Jawa Timur, Warsono ketika dihubungi dari Jakarta, Senin (13/2). Pola pikir ilmiah merupakan pintu masuk perbuatan berkarakter baik yang merupakan landasan pembangunan manusia pada abad ke-21.

Ia mengatakan, pemikiran rasional penting untuk dikembangkan di segala kalangan masyarakat. Bagi generasi muda, pemikiran rasional berarti juga membawa kreativitas dan pembaruan.

Pada kesempatan terpisah, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Thamrin Kasman mengatakan, beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem) untuk anak-anak dari wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) sudah dimasukkan ke dalam Program Indonesia Pintar.

Syaratnya, anak tersebut sudah terdaftar sebagai peserta didik di data pokok pendidikan Kemdikbud. "Mereka kemudian menerima Kartu Indonesia Pintar (KIP). Uang beasiswa disalurkan melalui kartu itu," ujar Thamrin.

Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Kemdikbud Sri Renani Pantjastuti memaparkan, beasiswa Adem ini untuk anak-anak di Papua dan Papua Barat serta anak-anak dari wilayah 3T. Beasiswa Adem untuk Papua dan Papua Barat berlangsung sejak 2013. Program ini merupakan kerja sama Kemdikbud dengan Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat yang dirintis sejak 2011.

Per 2013, tercatat pesertanya sebanyak 1.822 siswa. Dari jumlah itu, 412 siswa sudah lulus dari SMA sederajat. Berdasarkan data Kantor Staf Presiden, umumnya peserta beasiswa Adem Papua dan Papua Barat bersekolah di Jawa dan Bali. Alokasi biaya pendidikan dan biaya hidup peserta beasiswa ini selama tiga tahun sebesar Rp 21,3 juta.

Adapun program beasiswa Adem untuk anak-anak di wilayah 3T dimulai sejak 2014. "Saat ini ada 570 peserta didik," kata Renani.

Ia mengatakan, anak-anak masyarakat adat yang mengikuti program beasiswa Adem tetap harus direkomendasikan oleh pemerintah daerah masing-masing. Mereka kemudian disekolahkan ke SMA, ada yang di dekat wilayah tempat tinggal mereka dan ada pula yang di kecamatan ataupun kabupaten/kota lain.

Menurut Renani, bisa juga peserta beasiswa Adem 3T tersebut bersekolah pada SMA terbuka. Paling tidak tercatat delapan SMA terbuka, antara lain di Jambi, Jawa Barat, Papua Barat, dan Sulawesi Selatan, yang memiliki peserta didik peserta program beasiswa Adem 3T.

Dalam perjalanan beasiswa Adem, terdapat kritik yang mengatakan bahwa menyekolahkan anak masyarakat adat ke luar kampung halaman akan melunturkan penghargaan mereka terhadap tradisi. Menanggapi hal itu, Warsono mengatakan, tradisi berasal dari kebiasaan masyarakat suatu wilayah pada konteks ruang dan waktu tertentu.

"Seiring dengan perkembangan zaman, pola pikir, dan teknologi, tidak semua tradisi adaptif ataupun layak dipertahankan," ucapnya.

Ia mengatakan, justru melalui pendidikan yang baik dan kesempatan anak-anak masyarakat adat untuk melihat dunia luar, mereka bisa menilai baik dan buruk tradisi mereka. "Di kemudian hari, mereka akan memutuskan cara memajukan komunitas mereka dengan cara yang sesuai," katanya. (DNE)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/dikbud/pendidikan/2017/02/14/Cetak-Generasi-Muda-Progresif

Related-Area: