BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

STRATEGI PASKA PROYEK DI BULUKUMBA

Agroforestry and Forestry (AgFor) Sulawesi, sebuah proyek yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui sistem agroforestri dan pengelolaan sumber daya alam, kini memasuki tahap akhir implementasinya. Pada akhir bulan Oktober 2015, di Kabupaten Bulukumba sebuah lokakarya untuk strategi paska proyek AgFor dilaksanakan untuk membahas kesinambungan dampak positif kegiatan proyek AgFor.

Bapak Ir. H. Ahmad Syatar, staf Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian (BKP3) Bulukumba, memberikan tanggapan dalam dis

Dengan didanai oleh Departemen Luar Negeri, Perdagangan dan Pembangunan Kanada, AgFor memulai kegiatannya pada tahun 2011 di empat kabupaten, yaitu Bantaeng dan Bulukumba di provinsi Sulawesi Selatan, serta Kolaka Timur dan Konawe di provinsi Sulawesi Tenggara. Capaian yang dihasilkan dan keinginan untuk menyebarluaskan dampak positif kegiatan proyek ini membuat bertambahnya wilayah kerja pada awal tahun 2014 di Jeneponto dan Gowa (Sulawesi Selatan), Konawe Selatan dan Kendari (Sulawesi Tenggara) serta kabupaten Gorontalo dan Boalemo (Gorontalo).

Memasuki tahun kelima implementasinya, beberapa strategi paska proyek AgFor mulai dilakukan. Salah satunya adalah lokakarya strategi paska proyek bersama pemerintah setempat. Tujuan dari lokakarya ini adalah untuk membagi hasil capaian (laporan) proyek kepada instansi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya serta mendapatkan masukan dari hadirin untuk strategi dan langkah-langkah yang perlu diambil sehubungan dengan selesainya proyek AgFor.

Pada hari Rabu, 21 Oktober 2015, berbagai komponen masyarakat, seperti perwakilan instansi pemerintah, petani, penggiat LSM, dan staf proyek AgFor memenuhi ruang rapat bupati Bulukumba, tempat dimana lokakarya diadakan. Tidak kurang dari 38 peserta hadir dan aktif berpartisipasi dalam diskusi strategi paska proyek. 

“Lokakarya di Bulukumba ini merupakan lokakarya paska proyek yang kedua kalinya setelah di Bantaeng. Peserta yang kami harapkan datang, semuanya menyempatkan diri untuk hadir dan semuanya berpartisipasi dalam diskusi – memberi pendapat, saran serta masukan, sehingga lokakarya ini tidak dimonopoli hanya oleh satu atau dua orang saja,” ujar Bapak Pratikyo Purnomosidhi, Koordinator Lapangan Proyek AgFor Sulawesi untuk Sulawesi Selatan.

Capaian program AgFor sampai saat penulisan adalah jumlah kelompok dampingan yang melebihi target awal, yaitu enam kelompok (12 di dua kabupaten) menjadi 25 kelompok (12 kelompok inti dan 13 kelompok susulan) dengan anggota masing-masing kelompok sebanyak 15-20 orang.

Selain itu, capaian lainnya adalah dari kemampuan masyarakat membuat bibit. Berkat pelatihan dan penerapan pengetahuan baru dari Tim AgFor, banyak petani yang menjadi penangkar bibit perseorangan dan bisa menjual bibit hasil tanamnya kepada konsumen. Hasil penjualan bibit perseorangan di Bantaeng dan Bulukumba pada tahun 2014/15 masing-masing adalah Rp80 juta atau Rp160 juta. Bibit yang paling diminati adalah cengkeh, durian, coklat, karet, pala dan merica. Saat ini sudah banyak pengumpul biji kopi mendatangi secara langsung para petani binaan AgFor dan membeli hasil panen mereka.

Keberhasilan proyek AgFor juga tak lepas dari peran pemerintah setempat. Kepala Dinas Kehutanan & Perkebunan serta Kepala Dinas Pertanian di Kabupaten Bulukumba, seperti juga Kepala Kabupaten Bulukumba, Bupati Zainuddin Hasan, MBA, memberikan dukungan penuh serta arahan dan kerjasama pada kegiatan AgFor. Meskipun tidak dapat mengikuti keseluruhan rangkaian agenda lokakarya, pada sambutan yang diberikan di awal lokakarya, Bupati Bulukumba menyampaikan apresiasi dan harapan untuk hasil yang berkelanjutan dari kegiatan proyek AgFor di Bulukumba.

Bupati Bulukumba, Bapak Zainuddin Hasan, memberikan kata sambutan dan membuka lokakarya paska strategi AgFor.

“Sejak tahun 2012, AgFor telah bekerjakeras mendampingi masyarakat Bulukumba, khususnya dalam peningkatan kesejahteraan petani melalui pengelolaan sumber daya hutan yang baik. Hasil yang luar biasa telah kita lihat bersama dalam produksi bibit dan petani penyuluh. Saya berharap Lokakarya Strategi Paska Proyek AgFor Sulawesi hari ini dapat melahirkan suatu kebijakan pembangunan sumber daya hutan yang berfokus pada pola pengembangan dan peningkatan sistem agroforestri dan kehutanan, keterlibatan aktif masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan kegiatan pengembangan sumber daya alam yang memperhatikan aspek ekosistem”, kata Bapak Zainuddin Hasan dalam pidato pembukaan lokakarya.

Secara lebih mendalam, Bapak Purnomosidhi menambahkan juga harapannya agar ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada para petani di Bulukumba dan Bantaeng dapat dijalankan terus-menerus dan terbuka dengan setiap teknologi dan ilmu baru yang akan terus berkembang.  “Seiring dengan  perkembangan zaman, pastinya ilmu dan teknologi akan terus mengalami perubahan untuk kemajuan. Akan tetapi perlu diingat bahwa yang menjadi dasar dari ilmu tersebut tetap sama. Oleh karenanya, masyarakat harus mengikuti dan memanfaatkan teknologi.  Kami telah merancang rencana untuk ke arah itu dengan membangun Pusat Informasi Agroforestri (PIA). Harapan tim AgFor adalah tempat ilmu ini bisa terbentuk sebelum kami betul-betul bubar,” kata Bapak Purnomosidhi.

Semangat tinggi dan komitmen para peserta lokakarya untuk melaksanakan kesepakatan dan menjaga keberlangsungan dampak positif proyek AgFor diharapkan bisa terus dipertahankan dengan pemerintahan dan kepala dinas yang baru. Pada saat penulisan ini dilakukan, PILKADA akan berlangsung dalam hitungan bulan saat penulisan artikel dilakukan, dan masa jabatan Bapak Bupati Zainuddin Hasan yang akan segera berakhir.

Lokakarya Strategi Paska Proyek di Bulukumba ini ditutup dengan ucapan terima kasih oleh James M. Roshetko, pimpinan proyek AgFor Sulawesi atas capaian yang diraih oleh timnya. “Atas nama tim AgFor, saya berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat dan telah sangat membantu dalam pelaksanaan proyek ini sejak tahun 2012; atas kerja keras dan komitmen yang tulus kepada kami. Prestasi yang diraih betul-betul melampaui target yang diharapkan dan ini tidak mungkin tercapai tanpa keterlibatan berbagai pihak dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan proyek AgFor.  Bulukumba dan Bantaeng harus menjadi contoh nasional dari kerjasama yang efektif antara masyarakat, pemerintah daerah dan peneliti atau lembaga/organisasi pelaksana,”  ujar Bapak Roshetko.