BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Mendulang Peluang Bisnis dari Bio-slurry

Bio-slurry atau ampas biogas merupakan produk dari hasil pengolahan biogas berbahan kotoran ternak dan air melalui proses tanpa oksigen (anaerobik) di dalam ruang tertutup. Meskipun di sebut dengan ampas namun Bio-slurry memiliki manfaat yang sangat banyak, diantaranya bahan dasar pembuatan pupuk cair organik, pestisida organik, pengomposan, perlindungan benih, pakan ternak, dan  sebagai campuran media tanam Jamur serta pengembangan belut, lele dan cacing sutra.
Banyaknya varian yang bisa dibuat dengan berbahan baku Bio-slurry tentunya menjadi peluang usaha yang sangat potesial. Sebagai gambaran potensi pasar lokal untuk kebutuhan pupuk organik, pada tahun 2013-2014 Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur membutuhkan Pupuk Organik sebanyak 5.000 Ton. Tidak hanya itu, dengan adanya program RPL (Rumah Pangan Lestari) dibutuhkan Pupuk Organik paling sedikit 3,3 Ton per desa, di mana masing-masing desa akan membuat sebanyak 600-700 polybag. Jika petani mampu memproduksi 1 ton dalam satu bulan dan dikalikan dengan harga yang saat ini dipasaran Rp 500/kg maka akan ada pemasukan tambahan sebesar Rp. 500.000/bulan. Namun sayangnya, kebutuhan Pemerintah Daerah yang begitu besar saat ini masih dipenuhi oleh perusahaan-perusahaan besar dari luar daerah. Akan tetapi, peluang besar tersebut masih bisa kita raih jika user  dan /peternak memaksimalkan peran kelompok yang mereka miliki.
Salah satu penerima manfaat biogas, Pak Marzuki menceritakan bahwa ampas biogas tersebut  dijadikan pupuk baik cair dan padat, selain itu Bio-slurry dapat diolah menjadi pakan ikan (pelet). Ikan yang dibudidayakan di kolam seperti lele, nila, dan carper. Usaha dari pak Marzuki dan Kelompok Tani Lembah Rinjani sangat patut di apresisi, ditengah segala tantangan yang dihadapi, Pak Marzuki dan teman teman agent of change bagi masyarakat sekitar. Mereka dengan caranya sendiri melakukan kampanye, promosi dan menyebarluaskan ke beberapa petani tentang manfaat dari ampas biogas sehingga banyak dari petani di wilayah tersebut yang meniru langkah beliau dalam memanfaatkan biogas berkelanjutan, sehingga berlahan-lahan mengurangi penggunaan pupuk Kimia.
Peluang lain yang telah dilakukan oleh salah satu user, Hj. Umi dari Kecamatan Narmada Lombok Barat adalah memanfaatkan bio-lurry sebagai media budidaya jamur tiram. Saat ini Hj.Umi  memiliki sekitar 150 baglog jamur tiram, beliau bisa memanen sedikitnya 1 kg per hari. Saat ini harga jamur tiram sebesar Rp. 20.000/kg, dengan demikian Hj. Umi menerima pemasukan tambahan sebesar Rp. 600.000 setiap bulannya.
Selain dua hal diatas, satu hal lagi yang tidak kalah penting adalah bio-slurry merupakan media campuran budidaya Lemna (duckweed/kembang aik). Dimana Lemna merupakan sumber protein berkualitas tinggi untuk bahan pakan ternak. Kandungan protein Lemna dibandingkan dengan kandungan protein dalam kedelai maka perbandinganya 1:6.  Artinya, produksi protein dalam 1(satu) Ha Duckweed setara dengan produksi protein 60 Ha kedelai. Hadirnya pakan ternak berbahan baku Lemna dan Bio-slurry diharapkan akan mampu menjawab permasalahan harga pakan ikan yang terus meningkat.
Tantangan lain muncul dalam hal pengolahan limbah bio-slurry menjadi pakan ternak berupa tepung. Dari permasalahan tersebut muncullah beberapa alternatif yaitu pemanfaatan duckweed/kembang aik. Duckweed merupakan tanaman air/gulma yang tumbuh di atas permukaan air yang kaya akan protein sehingga bermanfaat bagi ternak. Duckweed bersama ampas Biogas (Bio-Slurry) dicampur hingga menjadi pakan.
Untuk itulah, pada tanggal 4 Desember 2015 bertempat di Kantor Yayasan Rumah Energi di Mataram, Nusa Tenggara Barat dilaksanakan Training Pengayaan Pemanfaatan Bio-slurry dan Pengenalan Lemna sebagai sumber Protein Murah dan Berkualitas yang dihadiri oleh user biogas dampingan program BIRU. Program BIRU merupakan singkatan dari Biogas Rumah yang dikembangkan oleh HiVOS bermitra dengan Yayasan Rumah Energi sejak tahun 2009 dan dibawah proyek pengetahuan hijau MCA – Indonesia, program ini diperluas menjadi program Gathering and Dissemination of Information and Green Knowledge for A Sustainable Integrated Farming Workforce in Indonesia (GADING – Pengumpulan dan Penyebaran Pengetahuan dan Informasi Hijau untuk Tenaga Pertanian Terintegrasi dan Berkelanjutan di Indonesia). Demi terwujudnya pertanian yang terpadu, petani peternak dilatih untuk pengolahan pakan baik pengawetan maupun pemanfaatan pakan kering. Hal ini dilakukan guna menghemat pengeluaran dan waktu dalam pencarian pakan basah. Selain itu pelatihan ini di harapkan menjawab tantangan kekurangan pakan akibat perubahan iklim yang terjadi di NTB terlebih di Lombok. Training ini bertujuan untuk memperluas wawasan user biogas mengenai pemanfaatan bio-slurry. Dari training ini diharapkan adanya peningkatan pengetahuan peserta mengenai pemanfaatan bio-slurry serta tumbuhnya ketertarikan user menjadikan bio-slurry sebagai komoditi bisnis.