BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Wehelmus, Menjadi Kader Desa Sebagai Jembatan Perubahan


Wehelmus, Kader Desa Sekais, Landak

Pada penutupan Pelatihan Tes Cepat Kemampuan Dasar Murid (SLA-Student Learning Assesment) se kecamatan Ngabang dan Jelimpo yang dilaksanakan di Aula Bappeda kabupaten Landak (19/7), salah seorang peserta pelatihan bernama Wehelmus didaulat panitia untuk menyampaikan kesan dan pesan selama mengikuti pelatihan. Sebagai Kader Desa Sekais, Wehelmus menyampaikan rasa terima kasihnya kepada KIATGuru  karena dapat mengikuti pelatihan. Selain bisa berjumpa dengan kawan-kawan dari desa lain. Dia bisa bertukar pengalaman dengan mereka. Pelatihan ini, mengingatkan dia di waktu sekolah, bagaimana suasana saat mengikuti ujian di sekolah.

 

Pasca Pelatihan Tes SLA, dia bersama 3 orang anggota KPL (Kelompok Pengguna Layanan) yang ikut, setelah berembuk dengan Fasilitator KIATGuru telah menyepakati jadwal Pelaksanaan Tes Cepat di SDN 22 Palo pada  tanggal 2 agustus 2017. Rencananya, lulusan pelatihan ini, akan mengajari kawan-kawan KPL yang tidak ikut bagaimana cara melakukan Tes Cepat SLA. Dia sendiri mengakui sudah faham dan bisa melakukan Tes Cepat. Bila anggota KPL lain sudah dilatih, dan terbukti mampu, akan diikutsertakan sebagai Penilai. Bila belum bisa, tetap diikutsertakan dengan memberi peran yang lain yang mendukung proses penilaian.

 

KIATGuru Membawa Perubahan Nyata

Sekarang ini, Pak Wehelmus menjadi Kader Desa di Sekolah yang pernah dia belajar di sana waktu SD. Pada masa itu, guru tidak jelas kehadirannya di sekolah. Karena guru-guru yang mengajar di sana berasal dari luar desa, dan tidak ada satupun yang tinggal di rumah guru yang disiapkan pemerintah. Mereka menyebut guru-guru itu sebagai guru “delapan Sembilan”, guru yang masuk jam delapan dan pulang jam Sembilan. “Setelah sekian tahun, kami yang melihat kondisi itu tak bisa berbuat apa-apa. Kami tidak tau mau mengadu kepada siapa. Jadi begitu ada KIATGuru, inilah kesempatan baik untuk melakukan perubahan secara nyata,” kisahnya.

 

Dengan hadirnya program KIATGuru, nampak nyata perubahannya. Karena ketatnya pengawasan dari masyarakat melalui KPL, ada istilah yang diberikan oleh guru mengenai hubungannya dengan KPL, yakni diibaratkan seperti “Kucing dan Tikus”. Kucingnya adalah KPL, dan tikusnya adalah guru-guru. “Ada salah satu anggota KPL kami, seorang ibu rumah tangga yang setiap pagi nongkrong di teras rumahnya, melihat satu-satu guru yang datang, dan tidak berpindah sebelum semua guru-guru masuk ke dalam kelas,” ungkapnya.

 

Diakui oleh Pak Wehelmus, bahwa di KPL Desa Sekai, memang ada pembagian peran yang jelas. Mulai dari pengamatan terhadap kehadiran guru setiap hari; masalah kebersihan sekolah; proses mengajar di kelas; sampai kepada kegiatan tambahan di hari sabtu yaitu latihan upacara bendera dan olah raga fisik.  Dia sendiri sebagai Kader Desa, bertugas mengumpulkan dokumen penilaian, bahkan memfoto aktivitas guru di kelas.

 

Dengan keseriusan KPL mengawasi guru-guru, akhirnya sudah dapat dilihat perubahannya. Mereka sudah tahu apa sebenarnya fungsi mereka sebagai guru, dan bagaimana beradaptasi dengan aturan jam datang, jam pulang, dan jam mengajar. Beberapa kali ditemukan, guru-guru masih tinggal di sekolah saat jam pulang. Rupanya guru-guru berkumpul untuk menyelesaikan catatan administrasi pembelajaran. “Perubahan yang terlihat juga, setiap hari sabtu, ada aktivitas latihan upacara bendera dan olah raga fisik. Kalau dulunya, tidak pernah ada kegiatan seperti itu,” ceritanya dengan antusias. Intinya, menurut Pak Wehelmus, guru-guru terus berupaya membuktikan janji layanannya yang sudah disepakati.

 

Menjadi Kader Sebagai Jembatan Mewujudkan Impian Masa Kecil

Terpilihnya Pak Wehelmus sebagai Kader Desa, diceritakan oleh Fasilitator KIATGuru, diawali pada saat kedatangan Tim Survey–baseline di akhir tahun, di mana Tim KIATGuru waktu itu istirahat dan makan siang di rumah keluarga Wehelmus. Dari obrolan santai itu, Tim KIATGuru (Boy Calvary dan Juharita) memetakan Wehelmus sebagai calon potensial sebagai Kader Desa. Dicobalah ditawari untuk menjadi MC-Pembawa Acara pada saat Sosialisasi Program KIAT Guru. Acara yang  dihadiri oleh seluruh stakeholder desa berjalan lancar, dan Pak Wehelmus sebagai MC menjalankan tugasnya dengan baik. Dari situlah, akhirnya secara mufakat (tanpa pemilihan) dipelopori oleh Kepala Dusun,  seluruh peserta mendaulat Pak Wehelmus menjadi Kader Desa Pendidikan program KIAT Guru Desa Sekais.

 

Kepala Dusun yang paling setuju bila Pak Wehelmus jadi Kader Desa. Di dalam sambutannya dikatakan, bahwa sesungguhnya pak Wehelmus dari dulu sudah menjadi Kader, dan sudah lama tak dipoles. Melalui KIATGuru, diharapkan dapat dipoles lagi agar makin bersinar dan memberi cahaya bagi kampung Sekais.  Sebelumnya, pada usia 13 tahun, Wehelmus muda turut sebagai Pembina Iman di kampung. Hal itu dilakoninya sampai tahun 2013. Pernah mendidik anak-anak di gereja selama 3 tahun, dan menjadi perangkat desa pada tahun 1997-2003.

 

“Saya terima amanah sebagai Kader Desa. Di dalam hati saya berucap, inilah saatnya saya mewujudkan impian saya sejak dulu untuk membawa misi perubahan di desa melalui pendidikan,” tekadnya. Setelah terpilih, Wehelmus kemudian mencari tahu lebih banyak tentang program KIATGuru, dan mempelajari apa saja tugas dan tanggungjawab sebagai Kader Desa.

 

 “Tujuan saya dari dulu adalah ingin membangun kampung. Namun sebelum membangun fisik, saya mulai dari membangun mental,” katanya. Bagi Pak Wehelmus, untuk dirinya sendiri  sudah cukup, tapi ini untuk masa depan anak-anak. Rupanya dalam perjalanan program, bukan hanya mental anak-anak yang menjadi sasaran, tapi mental guru dan masyarakat pun menjadi target. “Ini adalah program yang luar biasa menyasar semua kalangan,” pujinya.

 

Sebagai Kader Desa tugas Pak Welhemus bukan hanya membantu FM mempersiapkan kegiatan. Menurutnya, dia juga adalah jembatan informasi antara Pemerintah Desa, KPL dan Sekolah, dan juga dengan orang tua murid. Sampai bulan Juli ini, dia sudah memfasilitasi 3 kali pertemuan penilaian yang dilakukan setiap tanggal 28 di akhir bulan. Pasca penilaian, tugasnya adalah mengingatkan Kepala Sekolah untuk mengirimkan hasil penilaian kepada UPTD Pendidikan di Kecamatan sebelum tanggal 5. “Demi anak-anaklah, kami tetap bekerja, bukan buat siapa-siapa,” jelasnya.

 

“Saya bahagia, puji Tuhan, dengan menjadi Kader KIATGuru, saya bisa mewujudkan harapan saya melihat suasana sekolah makin baik. Guru yang makin disiplin, dan anak-anak yang makin rajin dan bersemangat,” ungkapnya.

 

KIATGuru (Kinerja dan Akuntabilitas Guru) adalah program yang bertujuan meningkatkan kualitas layanan pendidikan di daerah pelosok dan terpencil. Merupakan program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bekerjasama dengan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan didukung oleh Pemerintah Australia melalui World Bank, dan diimplementasikan oleh Yayasan BaKTI.

Sesi Wawancara dengan Welhemus

Penulis: 
Abd Rahman Ramlan
Wilayah: 
Jabatan: 
Monev